REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Rusia, Vladimir Putin secara mengejutkan mengatakan bahwa Rusia akan menghentikan proyek pipa South Stream yang mengalirkan gas dari Rusia ke Eropa.
Menurut Putin, Uni Eropa menggulirkan masalah dalam jalur proyek milyaran dolar itu.
Putin mengatakan hal itu saat kunjungan ke Turki. Ia mengatakan Turki bisa mempunyai peran penting sebagai penghubung gas di masa depan. Putin memperingatkan, Uni Eropa bisa memperoleh lebih sedikit gas dan Rusia akan mencari pasar baru.
Komisi Uni Eropa memaksa Bulgaria untuk menghentikan program di bawah teritorial airnya. Padahal konstruksi pipa berada di sana. "Hingga saat ini kita belum mendapat izin dari Bulgaria," kata Putin dalam konferensi pers dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dikutip AFP, Selasa (2/12).
Menurutnya, jika kondisi terus seperti ini maka Rusia tidak bisa merealisasikan proyek. Ketua Eksekutif perusahaan gas negara Rusia, Gazprom, Alexei Miller mengatakan proyek tersebut ditutup.
Gazprom telah menginvestasikan dana hampir 4,7 milyar dolar AS di proyek South Stream. Total biaya untuk konstruksi diperkirakan mencapai 20 milyar dolar AS. Pipa tersebut membentang di bawah perairan Turki di Laut Hitam, melalui Balkan, Bulgaria, Serbia, Hongaria, Slovenia dan Austria untuk kemudian menyambung pada pipa jaringan Eropa.
Anggota komisi Uni Eropa dari Bulgaria yang sebelumnya mendukung proyek merubah pikirannya setelah ditekan Uni Eropa dan AS. Menurut Putin, Komisi Eropa dalam posisi tidak konstruktif karena menyuruh Bulgaria memblokade South Stream.
''Kami akan mengorientasikan sumber energi kami ke bagian dunia yang lain, dan Eropa yang mendapat lebih sedikit,'' kata Putin. Rusia akan mengirim gas ke pasar lain termasuk LNG (Liquefied Natural Gas) ke Asia. Menurut Putin, ini adalah pilihan Eropa sendiri untuk menghambat pasokan gas pada negara mereka sendiri.
"Jika Eropa tidak ingin proyek pipa direalisasikan maka ini tidak akan teralisasi. Ini adalah pilihan kawan-kawan Eropa," kata dia.