REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir mengatakan keberadaan Pertamina Energy Trading Limited (Petral) masih layak dipertahankan. Sehingga setiap wacana pembubaran anak perusahaan Pertamina itu harus dikaji ulang.
"Proses transparansi Petral silakan, tapi jangan semangatnya ingin membubarkan," kata Ali Mundakir di Kampus Univertsitas Proklamasi, Yogyakarta, Selasa.
Manurut dia, selama ini Petral memiliki peran yang fital dalam menjaga kelangsungan penyaluran BBM ke Indonesia. Mengenai pentingnya kiprah Petral dalam menjaga pengadaan BBM di tanah air, ia mengilustrasikan, pada Oktober 2013 pengadaan minyak mentah di Indonesia terancam kritis.
Sebab kala itu perbankan Indonesia kesulitan menyediakan dana dalam bentuk dolar AS, sementara pengadaan impor minyak mentah membutuhkan 100 juta dolar AS.
Namun dapat diselamatkan oleh Petral karena perusahaan itu memiliki fasilitas dana 5,1 miliar dolar AS dari perbankan di Singapura. "Bayangkan kalau tidak ada Petral apa yang terjadi saat itu, pasokan minyak mau dari mana, sementara bank-bank saat itu tidak ada yang bisa menyediakan dolar. Jadi jangan sampai lupa sejarah," kata Ali.
Kebijakan impor minyak mentah, menurut dia, hingga saat ini tetap perlu dilakukan Indonesia. Sebab produksi minyak yang ada tidak mampu mencukupi kebutuhan domestik.
Sementara itu, ia juga menilai sejak awal tidak ada yang janggal dengan pembentukan Petral. Alasannya, perusahaan minyak bonafit di luar negeri hampir rata-rata memiliki anak usaha trading semacam Petral.