Rabu 03 Dec 2014 12:54 WIB

Di Australia, Masjid Dituding Sebagai Sarang Teroris

Rep: c70 / Red: M Akbar
penolakan
Foto: www.bendigoadvertiser.com.au
penolakan

REPUBLIKA.CO.ID, VICTORIA -- Australia kembali menunjukkan sikap Islamofobia. Rencana pembangunan sebuah masjid mendapat penolakan. Bahkan, dalam sejumlah selebaran yang disebarkan, masjid yang hendak dibangun di Kota Bendigo yang berada di Victoria, dituding sebagai tempat aktivitas terorisme.

Menyikapi penolakan pembangunan masjid dan sikap Islamofobia, komunitas muslim langsung bereaksi. Dilansir dari World Bulletin, sekretaris Australian Islamic Missionnegara bagian Victoria, Seyed Sheriffdeen, mengatakan mereka yang memprotes rencana pembangunan masjid adalah orang-orang yang memiliki sentimen "anti-Muslim".

Sheriffdeen menjelaskan, banyak dari orang-orang yang menentang pembangunan masjid, bukan penduduk dari Bendigo. Menurutnya hal ini sangat tidak rasional karena mengaitkan tempat ibadah dengan terorisme dan jihad.

"Ini murni rasisme. Kami telah menggunakan jalan demokratis dan kerangka hukum yang sesuai negeri ini. Kami tidak meminta sesuatu yang luar biasa. Kami memasukkan proposal kepada anggota dewan untuk menerima atau menolak. Kami membuat beberapa perubahan desain seperti yang mereka minta dan itu diterima," tutur Sheriffdeen, Selasa (2/12).

Anggota Dewan Bendigo menyetujui pembangunan masjid pertama di kota Bendigo pada Juni lalu. Para penentang ini rencananya akan segera memasukan keberatan mereka di Pengadilan Negeri Victoria di Melbourne.

Awalnya, masjid yang diperkirakan akan menelan biaya senilai 3 juta dollar Amerika Serikat (AS) akan dibangun di kota bersejarah. Namun sejumlah kritik datang untuk menghentikan pembangunan masjid ini.

Kampanye anti-masjid Bendigo dilakukan dengan taktik mengintimidasi para pekerja. Mereka menggantung balon-balon berwarna hitam di pohon-pohon sekitar masjid.

Sebuah pamflet bahkan beredar dengan pesan bertuliskan, "Masjid tidak seperti gereja atau kuil. Masjid adalah pusat pemerintahan, pusat komando, pengadilan, dan dalam beberapa kasus digunakan sebagai pusat pelatihan militer dan gudang senjata."

Untuk meredam penolakan ini, pemimpin Bendigo terus menyerukan toleransi antarumat beragama. Sejumlah warga Bendigo juga turut serta. Mereka membawa balon berwarna-warni menggelar aksi dukungan agar semua agama dan kepercayaan dapat bersatu.

Sheriffdeen menjelaskan, selama ini perayaan hari besar keagamaan seperti Idul Fitri selalu diadakan dengan aman. "Politisi, tokoh masyarakat, dewan, masyarakat semua diundang dan mereka semua datang. Mereka semua mengatakan mereka ingin melihat multikulturalisme di Bendigo," katanya.

 

Info seputar sepak bola silakan klik di sini

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement