Kamis 04 Dec 2014 19:15 WIB

Kepala Sekolah di Australia Sering Jadi Sasaran Kemarahan Orang Tua Murid

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sebuah survei nasional mengungkapkan, Kepala sekolah di Australia kerap menjadi korban penyerangan, ancaman kekerasan dan bullying.Ironisnya, orang tua murid kerap menjadi dalang dibalik kesulitan yang dialami para kepala sekolah tersebut.

Survey ini juga mengungkap, kasus kekerasan di lingkungan kerja yang dialami kepala sekolah meningkat 7 kali lipat lebih tinggi dibandingkan angka kekerasan yang terjadi dikalangan masyarakat umum. Tak hanya itu, survey juga menemukan ancaman kekerasan terhadap kepala sekolah meningkat 5 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

Dari laporan ini juga terungkap kalau orang tua ada dibalik meningkatnya ancaman kekerasan dan bullying terhadap kepala sekolah dan satu dari 4 kepala sekolah mengaku mengalami kekerasan fisik yang dilakukan oleh murid mereka. Lebih dari 3.600 kepala sekolah dan wakil kepala sekolah dari seluruh Australia ambil bagian dari survey yang dilakukan oleh Dana Kesehatan Guru dan Universitas Katolik Australia (ACU) ini.

Profesor Phillip Riley dari ACU yang mengepalai survey ini mengatakan orang tua secara tidak adil telah melampiaskan  rasa gelisah dan frustasinya kepada kepala sekolah. "Masyarakat sekarang tidak lagi memiliki kepercayaan terhadap institusi sekolah dan karenanya mereka memiliki tingkat kegelisahan yang tinggi yang disebabkan karena kebijakan pendidikan pemerintah seperti hasil NAPLAN,  dan itu memicu banyak kemarahan di dalam masyarakat. Banyak juga orang tua yang saat ini sangat khawatir mengenai masa depan mereka dan emosi itu berpotensi disalurkan kepada kepala sekolah - dan saya menduga para guru juga mengalami hal yang sama, meski saya tidak memiliki data pastinya," kata Riley beru-baru ini.

Sementara Lila Mularczyk, seorang kepala sekolah dari sebuah sekolah menengah atas di Australia mengaku saat ini tugas sebagai seorang pengajar sangat berat. "Saya menyadari banyak insiden yang dialami para kepala sekolah yang secara fisik menjadi sasaran kekerasan oleh orang tua yang menuntut agar suara mereka didengarkan dan banyak dalam kasus tertentu dimana orang tua tidak bisa bekerjasama biasanya mereka akan sangat jahat, agresif dan memaki kepala sekolah," tutur Mularczyk.

Mularczyk juga mengaku berdasarkan pemantauannya ada banyak alasan mengapa orang tua melampiaskan frustasi mereka kepada staf di sekolah.

"Mereka pasti menginginkan yang terbaik bagi anak-anak mereka. Banyak juga orang tua yang tidak menguasai cara yang santun dalam mengungkapkan pendapatnya atau mereka semata berusaha melindungi anak-anak mereka dari masalah yang dihadapi. Menurut saya kasus gangguan kejiwaan warga juga sedang meningkat," katanya.

"Sementara dari kacamata anak-anak,  hal ini sangat disayangkan anak-anak melihat orang tua sebagai pelaku utama perilaku tidak elok ini, atau sebagai orang dewasa yang  menunjukkan jenis perilaku demikian dan itu merupakan contoh yang sangat buruk bagi anak-anak  dalam menyelesaikan masalah atau berbicara dengan orang lain,"

Sementara itu Sharon Saitlik, Kepala Sekolah dari Sekolah Dasar Victoria mengaku beban kerja yang sangat besar juga menambah tekanan pada mereka. "Kami diharapkan bisa melakukan segalanya dan melayani semua. Sementara kami juga harus melakukan pekerjaan administrasi, harus menjadi pemimpin diberbagai bidang baik teknik, kebudayaan, pendidikan, manusia serta simbol sopan santun. Jadi pekerjaan kami sangat kompleks dan itu membuat terkadang sangat membebani,"

 

 

 
 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement