Ahad 07 Dec 2014 01:23 WIB

Suporter Bola Mesir Bersatu Kecam Bebasnya Mubarak

Rep: c 84/ Red: Indah Wulandari
Ribuan pendukung Al Masry tiba-tiba merangsek masuk ke dalam lapangan untuk merayakan kemenangan. Ironis, mereka merayakan suka cita dengan menyerang polisi, pemain, dan pendukung Al Ahly. TERKAIT : Arkeolog Temukan Makam Biduan Mesir Berusia 3.000 Tahun U
Foto: AP
Ribuan pendukung Al Masry tiba-tiba merangsek masuk ke dalam lapangan untuk merayakan kemenangan. Ironis, mereka merayakan suka cita dengan menyerang polisi, pemain, dan pendukung Al Ahly. TERKAIT : Arkeolog Temukan Makam Biduan Mesir Berusia 3.000 Tahun U

REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO--Protes menentang bebasnya mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak terus bergema di seluruh kampus Mesir.

Kencangnya aksi protes massa tak lepas dari aksi para Ultras yang bergabung bersama masyarakat mengecam bebasnya Mubarak. Ultras, pendukung garis keras sebuah klub sepakbola, merupakan salah satu elemen penting dalam setiap aksi massa di Mesir.

Jika di sejumlah negara lain, para Ultras memilih menahan diri atas konflik politik yang tengah terjadi, di Mesir para Ultras sejumlah klub melupakan sejenak rivalitas mereka untuk bergabung bersama menentang pembebasan Mubarak.

Para Ultras dari sejumlah klub di Mesir seperti al-Ahly dan Zamalek bergabung menjadi satu dan menamakan Ultras Nahdawy yang memiliki arti kebangkitan.

Menurut juru bicara Ultras Nahdawy, gerakan Ultras Nahdawy baru dibentuk pada 2012 untuk mendukung calon dari Ikhwanul Muslimin, yakni Mohamed Morsi.

"Kami mengambil budaya ultras di stadion dan mencoba untuk menerapkannya di jalan," kata Zizou, pendukung al-Ahly yang menolak untuk memberikan nama aslinya pada Aljazirah.

Ultras di Mesir sendiri terkenal akan dukungan fanatiknya terhadap klub mereka dan tidak segan-segan melakukan bentrokan melawan aparat keamanan. Anggota Ultras Nahdawy memang belum terlalu banyak, namun nyanyian serta gerakannya dinilai penting oleh para demonstran.

Ultras Nahdawy mengklaim bahwa sekitar 350 anggota mereka ditangkap dan 14 lainnya tewas sejak militer gulingkan Morsi.

Yasser Thabet, penulis beberapa buku tentang ultras Mesir dan sepak bola mengecam tindakan militer Mesir yang kerap melancarkan aksinya dengan menggunakan kekerasan.

"Tindakan keras hanya akan memelihara kekerasan di kalangan anak muda pada umumnya dan khususnya di kalangan ultras," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement