Selasa 09 Dec 2014 16:37 WIB

PBB Ajukan Dana 16,4 Miliar untuk Krisis Dunia

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Julkifli Marbun
PBB
PBB

REPUBLIKA.CO.ID, GENEWA -- PBB mengajukan anggaran dana sebesar 16,4 miliar dolar AS untuk membantu 60 juta orang yang terimbas konflik, Senin (8/12). Sebagian besar dana untuk tahun depan itu akan diberikan pada korban konflik Suriah.

"Skala kebutuhan yang meningkat juga harus meningkatkan respon kita," kata Ketua bidang kemanusiaan PBB Valerie Amos, dikutip DailyMail. 2014, menurutnya telah menjadi tahun yang keras bagi mereka yang mengalami kekerasan.

Dana global yang bisa diperoleh dari badan PBB dan organisasi kemanusiaan lainnya diperuntukan membantu setidaknya 57,5 juta korban di 22 negara. Meski demikian, anggaran dana tidak termasuk untuk Djibouti dan sembilan negara lain di Afrika termasuk Mali dan Nigeria.

PBB mengatakan negara tersebut akan masuk pada pengajuan anggaran bulan Februari. Dari 16,4 milyar dolar AS, sejumlah 7,2 miliar dolar AS akan digunakan untuk membantu sekitar 18.2 juta korban perang sipil Suriah.

2,8 milyar dolar AS diperuntukan bagi 12,2 juta orang yang terlibat perang, termasuk 7,6 juta orang yang telah mengungsi. Sementara 4,4 juta dolar AS untuk membantu lebih dari tiga juta pengungsi Suriah dan tiga juta orang yang beresiko di komunitas negara tetangga.

Irak juga termasuk dalam daftar prioritas PBB. Beberapa negara krisis lain yaitu di Republik Afrika Tengah, Sudan Selatan, Ukraina Timur, Afganistan, Republik Demokrat Kongo, Myanmar, Palestina, Somalia, Sudan dan Yaman.

"Di dunia kemanusiaan, ini bukan bisnis," kata kepala badan pengungsi PBB, Antonio Guterres. Krisis yang memburuk dengan sepanjang tahun jumlah pengungsi bertambah hingga jutaan membuat mereka membutuhkan bantuan untuk bertahan hidup.

Menurutnya, kebutuhan dana membengkak hingga 17,9 milyar dolar AS untuk membantu 76 juta orang. PBB mengatakan hanya 52 persen dari keperluan yang telah didanai karena ada kesenjangan antara kebutuhan dan sumber daya yang tersedia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement