REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon pada Rabu (10/12) menyeru Pemerintah Israel agar melakukan penyelidikan yang cepat dan transparan mengenai kematian Menteri Palestina Ziad Abu Ein.
Seorang menteri Palestina meninggal pada Rabu, setelah diserang oleh tentara Israel selama satu pertemuan massa di Kota Ramllah, Tepi Barat Sungai Jordan, sehingga memancing kemarahan dan pengutukan di kalangan rakyat Palestina.
Pemimpin PBB itu "sangat sedih" oleh kematian Abu Ein secara brutal, kata satu pernyataan yang dikeluarkan juru bicara Ban, sebagaimana diberitakan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi.
Ban juga menyeru semua pihak agar menahan diri sekuat tenaga dan menghindari meningkatnya ketegangan, kata pernyataan tersebut.
Sementara itu di Washington Amerika Serikat menyerukan dilancarkan upaya bersama guna meredakan ketegangan setelah kematian Abu Ein.
Wanita Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Jennifer Psaki menyampaikan "keprihatinan yang mendalam" sehubungan dengan kematian Abu Ein, yang meninggal saat tentara Israel membubarkan pertemuan terbuka anti-permukiman Yahudi di Desa Termos Meya, dekat Ramallah di Tepi Barat.
"Kami menyampaikan belasungkawa kami kepada keluarganya dan Pemerintah Otonomi Palestina," kata Psaki kepada wartawan, dalam satu taklimat harian. "Dan pada masa sulit ini, kami terus menyeru kedua pihak agar berusaha menurunkan ketegangan dan mencegah meningkatnya kerusuhan."
Wanita juru bicara tersebut juga mendesak Israel "agar memulai penyelidikan yang cepat, adil dan transparan" mengenai peristiwa itu.
Ketegangan telah meningkat selama beberapa bulan belakangan di Israel dan Wilayah Palestina dan militer Israel dilaporkan telah menghadapi kerusuhan lain setelah kematian Abu Ein.
Psaki mengatakan Menteri Luar Negeri AS John Kerry akan pergi ke Roma pada Ahad untuk bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu guna membahas sejumlah masalah, termasuk perkembangan belum lama ini di Israel, Tepi Barat, Jerusalem dan wilayah tersebut.