Kamis 11 Dec 2014 18:41 WIB

5000 Orang Tewas Akibat Kekerasan Militan

Rep: Gita Amanda/ Red: Winda Destiana Putri
Serangan Militan Pelstina
Foto: VOA
Serangan Militan Pelstina

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebuah studi yang dilakukan BBC News mengungkapkan, lebih dari 5000 orang di seluruh dunia meninggal akibat kekerasan yang dilakukan militan.

Empat negara yang mengalami dampak terburuk adalah Irak, Nigeria, Afghanistan dan Suriah.

Penyelidikan yang terkoordinasi dengan Pusat Studi Radikalisasi Internasional (ICSR) mencatat, total terdapat 664 serangan di 14 negara. Sementara di empat negara yang disebutkan sebelumnya, total kematian akibat militan mencapai 80 persen dari seluruh catatan kematian.

Studi dilakukan dengan tujuan mengukur seberapa besar harga yang harus dibayar manusia, akibat kekerasan militan selama satu bulan. Penyelidikan menunjukkan, hampir tujuh orang meninggal setiap jam pada bulan November sebagai akibat dari kekerasan yang dikaitkan dengan Aqaidah, dan kelompok lain yang sejenis.

Penyelidikan juga mencatat, rata-rata sehari terdapat 22 serangan dengan 168 korban jiwa. Sementara lebih dari 2000 kematian disebabkan oleh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Dari 5.042 orang yang tewas sekitar 2.079 diantaranya merupakan warga sipil. Sementara anggota militer yang tewas sekitar 1.723 dan hampir 1000 militan dilaporkan tewas.

Direktur ICSR Peter Neumann mengatakan, data menjelaskan bahwa militan dan Alqaidah tak lagi sama satu dengan lainnya. Enam puluh persen kematian militan disebabkan oleh kelompok yang tak memiliki hubungan formal dengan Alqaidah. 

"Mereka adalah orang-orang yang bersaing untuk menjadi pemimpin gerakan," kata Neumann, Kamis (11/12).

Gambaran keseluruhan menunjukkan, gerakan yang semakin ambisius, kompleks, canggih dan jauh. Serangan tunggal paling mematikan pada November terjadi di Masjid Agung di Nigeria, insiden tersebut menewaskan 120 orang.

Bom menyumbang sebagian besar kematian secara keseluruhan. Banyak juga orang tewas akibat serangan senjata, penembakan dan pemenggalan.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement