REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Wakil Menteri Luar Negeri dan Ekspatriat Iran, Fayssal Mikdad, menekankan koordinasi berdiri di antara musuh Israel dan Ikhwanul Muslimin (IM), dengan gerakan Islam yang semua berjalan dibantu dan didukung oleh pihak Turki.
Ia mencontohkan dalam satu wawancara dengan surat kabar al-Ahram Mesir, sebagai bagian dari sebuah file khusus pada Suriah, bahwa Ikhwanul Muslimin telah menjadi alat yang digunakan AS untuk melaksanakan rencananya mengubah situasi di kawasan Timur Tengah melalui ketergantungan pada Islam politik.
Mikdad mencatat bahwa Suriah memiliki dokumen-dokumen yang membuktikan bahwa pertemuan diadakan di kota Istanbul Turki pada tahun 1990-an yang membawa bersama-sama delegasi Ikhwanul Muslimin dari Mesir dan negara-negara Arab lainnya serta Amerika dan intelijen Israel di bawah pengawasan pihak Turki.
Koordinasi itu masih terus berlanjut sampai "Kebangkitan Arab" dimulai, katanya, dan menambahkan bahwa itu bukan kebetulan jika Ikhwanul Muslimin berkuasa di Libya, Mesir dan Tunisia.
Mikdad mengatakan, Turki telah terlibat dalam peristiwa-peristiwa di Suriah melalui memainkan peran subversif, mencatat bahwa sebenarnya Turki bermaksud hanya datang ke permukaan dengan kedatangan yang disebut "Kebangkitan Arab."
Setelah keterlibatannya dalam merusak Libya, Mikdad mencatat, pemerintah Turki terlibat dalam situasi di Suriah dan bertaruh pada jatuhnya negara Suriah dalam waktu maksimal dua pekan.
Ia menegaskan bahwa pemerintah Turki telah memberikan kontribusi senjata dan pejuang ke hampir setiap kelompok teroris di dunia Islam.
Dia juga menjelaskan bahwa pembentukan dan aliran organisasi teroris ekstrimis dan pejuang yang membanjiri Suriah serta negara-negara lain di kawasan telah dengan pengetahuan penuh oleh dinas-dinas keamanan Eropa.