Senin 15 Dec 2014 14:54 WIB

Penyanderaan Sydney, ICIS: Radikal itu tidak Hanya Islam

Rep: c16/ Red: Agung Sasongko
Korban penyanderaan di sebuah kafe di Sydney, Australia
Foto: reuters
Korban penyanderaan di sebuah kafe di Sydney, Australia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus International Conference of Islamic Scholars (ICIS), KH Cholil Nafis, memberikan komentar terhadap kasus penyanderaan warga Australia yang mengatasnamakan Islam. Menurutnya, Islam bukanlah agama yang memiliki konotasi dengan tindakan radikal.

Cholil berpendapat, semua agama dan kelompok-kelompok memilikipotensi untuk melakukan tindakan yang mengarah pada aksi teror. "Radikal itu tidak hanya Islam" kata Cholil saat dihubungi ROL, Senin (15/12).

Cholil menambahkan, tindakan mengkonotasikan islam dengan radikalisme atau terorismeme hanya akan memunculkan ketidakharmonisan antarumat bergama.  Menurutnya, saat ini banyak negara-negara sedang terjangkit Islamofobia, terutama setelah tragedi World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001.

Seharusnya, kata Cholil, semua negara membangun kesepahaman tindakan teror merupakan musuh bersama.  Hal tersebut dilakukan untuk menghindari tindakan pemojokan terhadap islam. Menurutnya, tidak dibenarkan mengatakan teror berasal dari sebuah agama tertentu.

Cholil berpendapat, untuk menghapuskan sindrom Islamofobia, perlu dilakukan beberapa tindakan bersama. Pertama, dari internal, islam harus memperomosikan dan menampilkan keramahan. Kedua, dari eksternal, pihak luar tidak dibenarkan melihat islam secara parsial. Pihak luar harus menghargai islam dari sisi substansi ajarannya bukan hanya pemeluk saja.

Sebelumnya, lusinan sandera terjebak di dalam sebuah kafe di Sydney. Laporan televisi setempat menyebutkan beberapa sandera dipaksa mengibarkan sebuah bendera hitam bertuliskan Bahasa Arab di jendela kafe itu. Ini menimbulkan kekhawatiran bahwa serangan itu ada kaitannya dengan kelompok Islam militan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement