REPUBLIKA.CO.ID, ROYADH -- Raja Yordania Abdullah II bertemu dengan timpalannya Raja Abdullah dari Arab Saudi di Riyadh Ahad untuk membahas kaitan kedua negara berpartisipasi dalam kampanye pengeboman pimpinan Amerika Serikat terhadap kelompok Negara Islam (IS) di Suriah.
Kantor berita resmi Saudi Press Agency (SPA) mengatakan, Raja Abdullah menerima Raja Yordania di istananya.
Sejak September kedua kerajaan, bersama dengan Bahrain, Qatar, dan Uni Emirat Arab, telah mengambil bagian dalam serangan udara pimpinan Amerika terhadap pejuang jihad IS atau ISIS di Suriah.
Raja Yordania bulan ini memperingatkan bahwa perang melawan IS adalah "perang dunia ketiga".
Kelompok ini telah menyatakan sebagai "khalifah" di beberapa bagian Suriah dan Irak, yang berbatasan dengan Yordania dan Arab Saudi.
Kelompok garis keras IS telah dituduh melakukan kekejaman luas, termasuk pemenggalan para sandera Barat.
Keterlibatan Saudi di koalisi telah menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan pembalasan di sana, sementara para pengulas mengatakan bahwa Jordan telah ditempatkan dalam bahaya oleh gabungan dengan upaya internasional.
"Dalam pertemuan tersebut mereka membahas peristiwa keseluruhan di kawasan dan tingkat internasional," dan bagaimana memperkuat hubungan bilateral, kata SPA.
Pada Kamis Arab Saudi mengatakan telah menangkap tiga tersangka pendukung IS karena menembak dan melukai seorang warga Denmark di Riyadh.
Pada November, kerajaan menyalahkan tersangka yang terlibat IS untuk membunuh tujuh anggota masyarajat minoritas Syiah.
Jordan, yang berbatasan dengan Suriah serta Irak, bergulat dengan pemberontak di negerinya sendiri.
Yordania juga menjadi tuan rumah bagi lebih dari 600.000 pengungsi Suriah.