REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Hubungan Luar Negeri Majelis Ulama Indoenesia (MUI), K.H. Muhyiddin Junaidi, memberikan tanggapan terhadap kasus penyanderaan di Australia. Ia mengatakan MUI mengutuk keras penyanderaan yang mengatasnamakan Islam tersebut.
Menurutnya, penyanderaan di Australia itu tidak ada hubungannya dengan perilaku warga Muslim disana. Ia menduga ada kelompok-kelompok ekstrim di wilayah Asia-Pasifik yang berusaha untuk merusak citra umat Islam.
"Ada kelompok-kelompok berpemahaman dangkal yang melakukan cara-cara kekerasan disana" kata Kiai Muhyiddin saat dihubungi ROL, Senin (15/12).
Muhyiddin juga beranggapan ada kemungkinan kelompok tersebut berasal dari ratusan warga Australia yang sebelumnya bergabung dengan kelompok negara Islam Iraq dan Suriah (ISIS). Ia khawatir peristiwa ini dilakukan untuk menghancurkan ketenangan umat Islam.
Ia menyarankan sebaiknya Pemerintah Australia melakukan pendekatan yang komprehensif terhadap warga Muslimnya. Australia juga harus lebih memaksimalkan fungsi Australian Federation of Islamic Council (AFIC) dengan mengajak warganya tersebut berdiskusi untuk menghindari aksi-aksi ekstrim.
Muhyiddin berharap agar peristiwa penyanderaan ini tidak serta merta dikait-kaitkan dengan nama Islam. "Islam merupakan agama yang bertoleransi tinggi" tegasnya.