REPUBLIKA.CO.ID, CAPE TOWN – Sebuah masjid di kawasan suburban Wynberg, Cape Town, Afrika Selatan, mengadakan acara Open Mosque, Senin (15/12). Ini merupakan acara ketika umat agama non-Islam dipersilakan mengunjungi masjid tersebut untuk dijamu dan berdialog secara terbuka dengan sejumlah pemimpin Muslim Afrika Selatan. Demikian pula, acara Open Mosque sengaja digelar bertepatan dengan momen menjelang Natal.
Khusunya bagi umat Kristen, pihak penyelenggara membuat sesi perjamuan bagi mereka. Sajian yang dihidangkan merupakan produk kuliner halal. Pendiri masjid itu, Taj Hargey, mengatakan, acara ini berusaha meniru metode Rasulullah SAW dalam memuliakan tamu. Termasuk, tamu yang beragama Kristen untuk masuk ke dalam majid. Demikia dilansir Cape Times, Senin (15/12).
“Ini untuk mengantisipasi anggapan buruk tentang Islam. Sebab, di Afrika banyak kecenderungan yang menganggap, Islam mendukung aksi ekstremisme, semisal ISIS atau Boko Haram,” kata Taj Hargey.
Menurut Taj Hargey, keterbukaan sangat penting diutamakan dalam menjalin relasi antarumat beragama. Sebab, visi semua agama ialah perdamaian. Sementara itu, tidak sedikit pula visi-visi yang penuh muatan kekerasan dan kebencian yang mengatasnamakan agama. Karenanya, sikap intoleran seperti itu cenderung meningkat dan perlu dicegah sedini mungkin. “Selama ini, kalangan ekstremis selalu mengabaikan ajaran agama Islam yang mengajak pada toleransi. Alih-alih demikian, mereka justru menyuburkan tindak kekerasan sistematis dan bahkan eksekyusi brutal terhadap pihak Kristen di ruang publik,” ujar Taj Hargey.
Juru bicara pengurus masjid ini, Jamila Najar, mengatakan, acara ini merupakan salah satu bentuk aktif untuk mewujudkan toleransi beragama di Afrika Selatan. Harmoni ini, kata Jamila, merupakan keharusan bagi para pengikut Nabi Isa dan Nabi Muhammad SAW. “Ada keharusan bagi Muslim, sebagaimana yang tercantum pada Alquran, untuk memuliakan tamu,” kata Jamila Najar.
Adapun, sesi jamuan untuk kaum Kristen akan dibuka pada 21 Desember 2014, pukul 13.00-17.00. Acara ini turut didukung oleh para relawan. Di samping itu, akan ada pula pertunjukan baca puisi dan seni budaya Islam. Diketahui, jamuan yang disajikan kebanyakan berbumbu Melayu. Ini karena ada banyak orang Melayu keturunan Bugis yang menetap di Afrika Selatan.