Rabu 17 Dec 2014 16:16 WIB

Milisi Gempur Dekat Terminal Minyak Libya

Libya
Foto: [ist]
Libya

REPUBLIKA.CO.ID, BENGHAZI -- Pegaris keras melancarkan serangan udara di dekat terminal minyak penting di Libya timur, Selasa, meningkatkan serangan terhadap sarana pemerintah, kata pejabat keamanan.

Itu pertama kali Fajar Libya, gabungan pegaris keras, melancarkan serangan udara di daerah minyak Al-Hilal, tempat terminal minyak Al-Sidra, Ras Lanuf dan Brega.

Ali al-Hassi, juru bicara keamanan bagi wilayah itu mengemukakan kepada AFP bahwa satu pesawat tempur menembakkan rudal-rudal ke satu sektor di barat Al-Sidra, tanpa menimbulkan korban atau kerusakan harta benda.

Senjata anti-pesawat menghalau pesawat itu, yang pejabat itu katakan mungkin telah direncanakan untuk menyerang para tentara dan helikopter-helikopter yang diparkir dekat landas pacu yang dioperasikan oleh perusahaan minyak Ras Lanuf.

Angkatan udara mengirim pasukan bantuan Senin untuk mempertahankan fasilitas-fasilitas penting negara itu Al-Hilal.

Jet-jet dan helikopter-helikopter akhir pekan menghentikan gerak maju para petempur Islam yang juga terlibat baku tembak di darat dengan pasukan pro-pemerintah. Tidak ada laporan mengenai korban akibat pertempuran itu.

Di Tripoli, satu bom mobil Selasa meledak dekat markas besar pasukan keamanan, tanpa menimbulkan korban, kata satu sumber keamanan yang tidak bersedia menyebut namanya.

Mobil-mobil dan gedung hancur akibat ledakan itu.

Lebih dari tiga tahun setelah diktator Muamar Gaddafi digulingkan dan dibunuh dalam pemberontakan yang didukung NATO, Libya masih banjir senjata-senjata dan milisi-milisi yang kuat, dan memiliki dua parlemen dan dua pemerintah.

Kelompok Islam menguasai Tripoli dan Benghazi di timur, dan pasukan yang setia kepada Perdana Menteri Abdullah al-Thani yang diakui internasional sedang berusaha merebut kota-kota itu.

Missi Dukungan PBB di Libya Selasa mengecam peningkatan aksi militer di Al-Hilal dan menyerukan gencatan senjata segera "untuk memberikan peluang bagi dialog politik".

"Minyak Libya milik rakyat Libya dan jangan dimanipulasi oleh kelompok manapun," katanya.

"Peningkatan aksi militer terbaru itu adalah bukti bahwa dialog untuk mencapai satu konsensus sangat perlu dan harus diusahakan dengan tekad yang lebih kuat," katanya.

Pertemuan pertama para anggota parlemen-parlemen yang bersaing di Libya diselenggarakan akhir September tetapi tidak memberikan hasil.

Di sektor ekonomi, juru bicara Perusahaan Minyak Nasional Mohamed al-Harari mengatakan produksi minyak menurun dengan pelabuhan-pelabuhan Al-Sidra dan Ras Lanuf tutup karena pertempuran itu.

Menurut para ahli industri, hasil minyak berkisar sekitar 25.000 juta barel per hari dibanding dengan 800.000 barel per hari sebelum kekerasan itu.

Di medan tempur lain, pasukan pemerintah dan milisi Fajar Libya Selasa memulai kembali pertempuran di barat negara itu dekat pos perbatasan Ras Jedir dengan Tunisia, kata sumber-sumber keamanan.

Sejumlah 17 anggota milisi tewas dalam serangan udara pasukan pro-pemerintah di daerah itu, Ahad.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement