REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara mengakhiri tiga tahun masa berkabung untuk pemimpin terdahulu Korut, Kim Jong II pada Rabu (17/12). Hal ini membuka jalan untuk putranya, Kim Jong Un memantapkan jalan memimpin negara.
Peringatan kematian Kim Jong Il ditandai dengan bunyi sirine di seluruh negeri pada siang hari. Kereta, kapal dan mobil membunyikan klakson atau sirine mereka selama tiga menit sehingga suasana kota jadi bising.
Mereka juga membungkuk melakukan penghormatan ke arah mausoleum di Pyongyang yang menjadi tempat tinggal Kim Jong Il dan ayahnya Kim Il Sung.
Masa berkabung selama tiga tahun adalah budaya di Korea ketika orang tua meninggal. Meski hari kematian Kim Jong Il bukan hari libur nasional, aktivitas di kota cukup lengang. Pada hari tersebut, rakyat tidak minum alkohol dan tidak menghadiri acara hura-hura.
Sejak kematian ayahnya, Kim Jong Un mengindikasikan dirinya ingin membangun ekonomi dan meningkatkan standar hidup masyarakat Korut. Namun, ia juga terlihat fokus pada militer dan meningkatkan kemampuan senjata nuklir.