Rabu 17 Dec 2014 21:44 WIB

Bakteri Rambut Kemaluan Bisa Ungkap Pelaku Kejahatan Seksual

Red:
Bakteri komunitas yang hidup di rambut kemaluan bisa menyediakan 'penanda mikroba'
Foto: (iStockphoto:humonia)
Bakteri komunitas yang hidup di rambut kemaluan bisa menyediakan 'penanda mikroba'

REPUBLIKA.CO.ID, PERTH -- Di masa depan, upaya mengungkap pelaku kejahatan seksual seperti pemerkosaan kemungkinan akan menjadi lebih mudah. Caranya dengan menggunakan metode baru yang memanfaatkan teknologi pengenalan profil DNA dari bakteri di rambut kemaluan. 

Studi yang dipublikasikan dalam Jurnal Investigasi Genetika, ini merupakan kajian pertama yang berhasil mengungkapkan kalau setiap orang ternyata memiliki profil bakteri unik yang hanya terdapat di rambut kemaluan mereka. "Setiap orang memilik bakteri unik yang istimewa karena profil DNA dari bakteri itu hanya dimiliki oleh dirinya sendiri dan berbeda di setiap orang," kata pakar biologi forensik,  Silvana Tridico dari Universitas Murdoch di Perth.
 
Rambut kemaluan umum ditemukan di lokasi kejahatan namun jarang bisa memberikan jejak DNA manusia kecuali rambut itu tercabut paksa dan meninggalkan akar rambut yang kemudian bisa ditelusuri jejak DNA-nya. Atas keadaan ini, Tridico dan sejumlah koleganya berusaha menggunakan teknik yang disebut metagenomics untuk melakukan audit molekular dari bakteri yang hidup di rambut manusia yang bisa memberi petunjuk sumber dari rambut tersebut.
 
"Dan ternyata kami berhasil mendapatkan profil DNA dari bakteri komunitas yang tinggal di rambut kemaluan  yang bisa berfungsi sebagai  'penanda mikroba'," kata Tridico baru-baru ini.
 
Peneliti kemudian menelaah DNA dari bakteri komunitas yang mendiami kulit kepala dan rambut kemaluan dari tujuh peserta penelitian. Mereka memeriksa profil DNA bakteri itu pada tiga waktu yang berbeda selama lima bulan dan menemukan bahwa sementara sampel kulit kepala rambut memiliki banyak mikroba lingkungan yang umum ditemukan dibagian tubuh yang lain,  sampel rambut kemaluan ternyata jauh lebih spesifik bagi individu tertentu.
 
"Ada penanda yang spesifik di rambut kemaluan  pada orang-orang tertentu," kata Tridico.
 
Hal ini menunjukkan bahwa komunitas mikroba pada rambut kemaluan mungkin berguna sebagai 'penanda mikroba' untuk mengidentifikasi seorang individu.

Profil bakteri komunitas di rambut kemaluan juga dapat mengidentifikasi apakah seseorang itu laki-laki atau perempuan. Misalnya bakteri komunitas pada individu berjenis kelamin perempuan memiliki lactobacillus dan bakteri dari spesies Gardnerella, sedangkan bakteri ini tidak umum ditemukan pada laki-laki.

Yang menarik dari riset ini adalah para peneliti menemukan bakteri komunitas dari dua orang yang statusnya berpasangan ternyata cenderung sama. Selama berlangsungnya penelitian ini, profil bakteri dari pasangan ternyata cenderung menjadi semakin menyerupai. "Saya sempat merasa melakukan kesalahan,  awalnya saya mengira saya tengah meneliti sampel dari bakteri rambut kemaluan wanita ini dua kali, karena sampe bakteri dari pasangannya kemudian juga memiliki spesies bakteri lactobacillus  juga, tapi setelah saya analisa kembali ternyata hasilnya sama," katanya.
 
Tridico kemudian mengajukan pertanyaan pribadi kepada pasangan tersebut dan diketahui keduanya melakukan hubungan badan dalam kurun waktu 18 jam sebelum pengambilan sampel. Temuan ini menunjukkan bahwa bahkan tanpa terjadi perpindahan rambut, DNA dari mikroba pada rambut kemaluan dapat ditransfer selama berlangsung aktivitas seksual.
 
Jika penelitian lanjutan di masa depan mendukung temuan ini, Tridico mengatakan pendekatan dalam penelitiannya kemungkinan dapat digunakan untuk memeriksa transfer bakteri antara korban dan tersangka dalam kasus pemerkosaan. "Hanya dengan mengusap daerah kelamin korban dan area genital tersangka kita bisa melihat apakah terjadi transfer bakteri atau tidak, atau memotong rambut kemaluan keduanya untuk mengekstrak DNA dari mereka, katanya.
 
"Saya tidak percaya kalau tidak ada orang yang terpikir meneliti bakteri di rambut kemaluan sebelumnya," katanya.
 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement