REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Harga minyak dunia naik dari posisi terendah lima tahun pada Rabu (Kamis pagi WIB), karena para pedagang berspekulasi bahwa pasokan yang berlebihan akan menurun di tengah harga yang rendah.
Minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman Januari naik 54 sen menjadi menetap di 56,47 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, sementara minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari naik 1,17 dolar AS menjadi ditutup pada 61,18 dolar AS per barel.
Harga minyak mentah melonjak sekitar lima persen, kemudian mengupas keuntungan awal setelah Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan peningkatan pasokan di pusat penyimpanan minyak AS di Cushing, Oklahoma.
EIA pada Rabu mengatakan untuk pekan yang berakhir 12 Desember, stok minyak mentah AS turun 0,8 juta barel menjadi 379,9 juta barel, sedangkan persediaan di Cushing, titik pengiriman untuk kontrak, meningkat 2,9 juta barel menjadi 27,8 juta barel.
Menteri Energi Rusia Alexander Novak pada Selasa mengatakan produksi minyak mentah dari Rusia, salah satu produsen minyak mentah terbesar di dunia, akan mempertahankan produksi minyak mentahnya sebesar 10,6 juta barel per hari pada 2015.
"Harga akan stabil sendiri. Beberapa proyek investasi oleh perusahaan-perusahaan minyak dapat dipertimbangkan kembali, tetapi sejauh ini mereka belum menyesuaikan apa-apa," Novak mengatakan kepada wartawan pada pertemuan di Doha, Qatar.
Harga minyak jatuh ke terendah lima tahun pada Selasa, karena tidak ada tanda-tanda bahwa produsen akan mengurangi produksinya dalam menanggapi kemerosotan harga.
Suhail Al-Mazrouei, Menteri Energi Uni Emirat Arab, mengatakan pada Minggu bahwa Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan menahan diri pemangkasan produksi sekalipun jika harga jatuh ke serendah 40 dolar AS.