REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Rabu (17/12) kemarin mengecam Uni Eropa (UE) karena kritikannya terhadap penindasan atas media di Turki.
Polisi Turki melancarkan penyerbuan di 13 kota besar di seluruh negeri tersebut selama akhir pekan lalu, menahan 30 wartawan termasuk Ekrem Dumanli yang notabene adalah Pemimpin Redaksi harian Turki, Zaman dan Manager Umum Kelompok Penyiaran Samanyolu Hidayet Karaca.
Tindakan itu telah memicu protes keras dari sebagian pegiat dan kecaman tajam dari negara Eropa serta Amerika Serikat. Erdogan, yang menghadapi tekanan internasional, menuduh UE bertindak seperti seorang guru terhadap Turki.
"Kami tak peduli apakah UE mengizinkan kami masuk UE," kata Erdogan, sebagaimana dikutip Xinhua, Kamis (18/12). Ia menambahkan Turki bukan budak Eropa.
Erdogan menegaskan UE tak bisa memperlakukan Turki seperti kambing hitam dan perhimpunan tersebut mesti lebih dulu berusaha melihat kesalahannya sendiri sebelum mengecam Turki.
Pada awal pekan ini, Erdogan memberitahu UE agar mengurus urusannya sendiri. "Mereka berusaha memaksakan kebebasan, tapi penyerbuan tersebut tak memiliki kaitan dengan itu. Kami tak peduli dengan apak yang mungkin dikatakan oleh UE."
Sementara itu, wakil dari beberapa lembaga media seperti harian Zaman, Kantor Berita Cihan dan Kelompok Penyiaran Samanyolu mengadakan taklimat dan membahas apa yang disebut Operasi 14 Desember terhadap kelompok penyiaran milik tokoh agama yang berpusat di AS, Fethullah Gulen tersebut.