REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Dukungan untuk Palestina terus mengalir deras, tidak tanggung-tanggung, kali ini dukungan datang dari anggota parlemen Eropa.
Dalam pemungutan suara yang digelar pada Rabu (17/12) kemarin, 498 anggota menyatakan dukungannya untuk pengakuan negara Palestina, sedangkan 88 lainnya menolak pengakuan tersebut.
Langkah Parlemen Eropa mengikuti tindakan sejumlah parlemen negara-negara Eropa seperti Inggris, Spanyol, Perancis, dan Irlandia yang telah mengakui Palestina sebagai negara yang berdaulat.
Meski begitu, parlemen eropa menyatakan bahwa dukunganya ini hanya bersifat prinsip. Namun, Parlemen Eropa berharap para anggotanya dapat menyampaikan keputusan ini untuk dijadikan pertimbangan bagi negaranya masing-masing terkait persoalan Palestina.
Parlemen Eropa juga menghimbau para anggotanya mengambil sikap sesuai keputusan yang telah ditetapkan terkait pengakuan negara Palestina dihadapan PBB khususnya Dewan Keamanan PBB.
"Parlemen Eropa secara prinsip mendukung pengakuan Palestina dan solusi dua negara. Parlemen yakin bahwa kedua hal ini bisa berjalan bersama dengan pembicaraan damai yang seharusnya dilanjutkan," demikian pernyataan Parlemen Eropa, seperti dilansir Al Arabiya, Kamis (18/12).
Anggota parlemen sayap kiri awalnya meminta 28 negara anggota Uni Eropa untuk mengakui negara Palestina tanpa syarat.
Dukungan untuk mengakui negara Palestina didasarkan atas ketidaksabaran Eropa atas macetnya proses perdamaian antara Israel dan Palestina. Namun, pada menit-menit terakhir, sayap kiri menyetujui pengakuan negara Palestina dengan kembali memulai pembicaraan damai yang sempat terputus pada April lalu.
Setelah pemungutan suara, anggota Parlemen Eropa Britania dari Partai Buruh, Richard Howitt, mengatakan dia berharap hal tersebut akan membantu Menteri Luar Negeri Eropa dan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini untuk mengambil langkah-langkah yang tepat terkait pengakuan Palestina sebagai negara yang berdaulat.
"Hasil pengakuan negara Palestina akan dikirim ke Mogherini untuk memberikan opsi di PBB agar mengakui negara Palestina," ujarnya, seperti dilansir Reuters, Kamis (18/12).
Sementara itu, Elmar Brok, pemimpin Komite Urusan Luar Negeri Parlemen Uni Eropa asal Jerman mengatakan meski Parlemen Eropa mendukung pengakuan negara Palestina, namun perbincangan perdamaian tetap dilanjutkan. Di Yerusalem, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Emmanuel Nachshon mengatakan bahwa Israel menentang hasil tersebut.
"Solusi untuk krisis Israel-Palestina akan ditentukan dalam meja perundingan, bukan dalam satu parlemen atau yang lain," kata Nachshon.Palestina menyambut gembira pengakuan ini.
Anggota Komite Eksekutif PLO Hanan Ashrawi mengatakan suara ini merupakan kontribusi penting bagi perdamaian. "Kami menyampaikan penghargaan yang mendalam kepada semua orang yang mendukung hal ini," katanya.
Dia menambahkan, "Kami menghimbau semua parlemen dan pemerintah di seluruh dunia untuk secara resmi mengakui Palestina dengan Yerusalem sebagai ibukotanya," sambungnya.
Sebelumnya, Pengadilan Uni Eropa juga telah menghapus kelompok Hamas dari daftar teroris. Hamas sendiri masuk dalam kategori organisasi teroris pada 2001 lalu.