REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, Kementerian Luar Negeri RI, I Gusti Agung Wesaka Puja menyampaikan sejumlah komitmen yang dibangun antara Indonesia dengan Korea Selatan (Korsel) saat menghadiri pertemuan puncak KTT ASEAN-Korsel 11-12 Desember 2014 lalu.
Kata Puja, Presiden Jokowi berharap Korsel menjembatani kesenjangan yang terjadi diantara negara-negara ASEAN.
Jokowi juga meminta Korsel untuk memainkan peran yang lebih besar terkait sejumlah permasalahan di ASEAN. Korsel sendiri menurutnya sudah menyampaikan komitmennya untuk membantu sejumlah persoalan yang membelit negara-negara ASEAN baik itu di darat maupun isu-isu seputar kelautan.
Puja mengatakan selain menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-Korea, kunjungan Presiden Joko Widodo ke Korsel juga untuk mempererat kerjasama bilateral kedua negara yang salah satunya ialah pada bidang maritim.
Indonesia bersama Korsel juga menyampaikan pandangannnya terhadap wabah virus Ebola.Wakil Direktur Asia Timur dan Asia Pasifik, Kementrian Luar Negeri Tumpal Hutagalung mengatakan bahwa Presiden Jokowi telah sepakat menjalin kerjasama dengan Korsel dalam bidang industri pertahanan yang menurutnya sangat bermanfaat bagi Indonesia. Selain itu, kedua negara juga sepakat untuk mengadakan pertukaran guru atau dosen.
"Hal ini dilakukan agar kedua negara saling memahami bahasa dan budaya sehingga akan memudahkan kerjasama yang sudah terjalin," ujarnya saat ditemui Republika, dalam Press Briefing yang diselenggarakan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) di Ruang Palapa Kemenlu, Jalan Taman Pejambon No. 6 Jakarta Pusat, Kamis (18/12).
Ia melanjutkan bahwa Korsel ingin berinvestasi membangun galangan kapal di Indonesia. Selain itu, Negara Ginseng itu juga berkeinginan untuk berinvestasi dalam bidang baja.
Kata Tumpal, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi telah melakukan pertemuan dengan perusahaan Sajoo Industry membahas terkait pencarian korban WNI atas tenggelamnya Kapal Oryong di Lut Bering, Rusia.Wakil Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri, Muhammad Iqbal mengatakan Pemerintah Korsel masih terus melakukan pencarian korban.
Ia mengatakan sejauh ini baru 17 korban yang berhasil ditemukan, sedangkan 18 sisanya masih dalam pencarian.Iqbal menambahkan bahwa proses pencarian korban mengalami hambatan atas buruknya kondisi cuaca sehingga proses pencarian korban yang melibatkan Pemerintah Rusia dan Amerika Serikat (AS) akan terus diperpanjang.
"Ada 15 kapal dan satu pesawat untuk membantu pencarian korban dari sebelumnya yang hanya lima kapal," ujar Iqbal di Kantor Kemenlu, Jakarta Pusat.
Iqbal melanjutkan bahwa keluarga korban akan mendapat kompensasi dana atas kecelakaan tersebut. Namun, ia belum dapat menyebutkan berapa nominal yang akan diterima keluarga korban. Jenazah korban, lanjutnya, tengah dalam perjalanan menuju Busan, Korsel.
"Perkiraan kapal yang membawa jenazah WNI akan tiba di Busan pada (26/12)," lanjutnya. Ia menambahkan bahwa pihaknya terus memberikan kabar terbaru bagi keluarga 35 ABK dan menyampaikan sejumlah kompensasi.