REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Memulihkan hubungan permusuhan selama hampir 54 tahun tidak semudah membalikkan telapak tangan. Rabu pekan ini, Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengumumkan akan kembali menjalin hubungan dan mencabut embargo ekonomi atas Kuba.
Ada beberapa langkah yang harus ditempuh, seperti memulihkan hubungan diplomatik penuh, membuka kembali kedutaan besar AS di Havana, menghentikan embargo dan melonggarkan sanksi.
Pertukaran nota diplomatik antara AS dan Kuba cukup untuk menormalkan hubungan diplomasi. Namun, hal itu harus didahului dengan kesepakatan pada serangkaian pemahaman terpisah yang akan mengatur hubungan tersebut.
Pembicaraan tingkat tinggi untuk mencapai kesepahaman tersebut akan mulai digelar akhir Januari di Havana. Pertemuan itu menjadi bagian dari pembicaraan imigrasi AS-Kuba yang sebelumnya telah dijadwalkan.
Obama mengatakan perbaikan hak asasi manusia dan penyelesaian isu-isu lainnya, termasuk tuntutan hukum, akan tetap menjadi prioritas utama AS.
Hubungan diplomatik antara AS dan Kuba putus pada 1961, tetapi sebagian dipulihkan pada 1977 dengan dibentuknya divisi kepentingan AS dan Kuba yang dikelola oleh diplomat di ibukota masing-masing negara.
Fasilitas tersebut secara teknis di bawah otoritas Swiss, yang berfungsi "melindungi kekuasaan" AS dan Kuba di negara masing-masing. Setelah hubungan diplomatik penuh dipulihkan, divisi tersebut akan dikonversi menjadi kedutaan.
Konstitusi AS memberikan eksekutif keleluasaan dalam membuka dan menutup fasilitas diplomatik. Tapi kongres harus menyetujui uang untuk membayar mereka. Persetujuan senat diperlukan untuk menunjuk duta besar.