REPUBLIKA.CO.ID, VICTORIA -- Kepolisian Victoria mengamankan dua alat peledak buatan yang diyakini dibuat oleh sekelompok orang yang menggunakan pakaian Santa di Kota Bendigo, Victoria. Kedua bom buatan itu telah dinon-aktifkan oleh pasukan penjinak bom.
Polisi memastikan bom buatan tersebut tidak terkait dengan terorisme hanya tindakan lelucon iseng yang membahayakan.
Temuan ini berawal dari laporan masyarakat di Hargreaves St, Bendigo, setelah salah satu bom itu meledak dan membuat tong sampah hancur terbakar di luar sebuah gedung perpustakaan sekitar pukul 03.00 dini hari. Tim penjinak bom juga menemukan alat peledak ketiga - yang digambarkan sebagai bom pipa yang telah dimodifikasi di dalam sebuah wadah atau kontainer di Chancery Lane, Bendigo pada sekitar 2:30 Ahad (21/12) dini hari.
Tim penjinak bom dari kepolisian Victoria menggunakan robot untuk menonaktifkan bom pipa itu. Juru bicara Kepolisian Victoria mengatakan unit penjinak bom telah membersihkan tempat kejadian.
Seorang ahli kimia dikirimkan untuk menyelidiki kebakaran di lokasi kejadian.
Di tengah penyelidikan polisi, seorang pria berusia 24 tahun dari Maiden Gully menyerahkan diri kepada polisi Ahad sore. Pria ini merupakan salah satu dari sekelompok orang yang berpakaian Santa pada Sabtu malam di lokasi ditemukan bahan peledak.
Sebelumnya, salah satu petugas dari Kepolisian Victoria, Steve Rainy mengatakan petugas berusaha untuk berbicara dengan kelompok tersebut. "Kami sangat ini berbicara dengan sekelompok anak muda yang berpakaian Santa dan mengunjungi sejumlah tempat tadi malam, dan terlihat berada di sekitar kawasan Jalan Hargreaves pada Sabtu malam hingga Minggu dini hari," kata Sersan Rainy.
"Mereka tentunya adalah orang yang hendak kami mintai keterangab untuk membantu penyelidikan kami,"
Tidak ada warga yang terluka dalam insiden ledakan tersebut, yang oleh polisi dipastikan berasal dari alat peledak buatan. "Salah satu alat peledak kami temukan dalam kondisi belum diledakan bentuknya seperti pipa kecil dengan benang di kedua ujungnya, mungkin panjangnya tiga atau empat inci, terbuat dari produk yang mudah didapatkan di kota, " kata Sersan Rainy.
Dia menambahkan, penempatan bom tersebut kemungkinan tindakan kebodohan daripada terorisme. "Kami pikir itu adalah busur yang sangat panjang untuk menarik apapun aspek terorisme dari apa yang kami temukan di sini hari ini, selain pembangunan perangkat dan apa itu dan bagaimana hal itu dilakukan tampaknya lebih kebodohan dari beberapa tujuan maksud dengan penyebab, " paparnya.
Disclaimer:
Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).