REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA -- Presiden Kuba Raul Castro, Sabtu mengatakan ia siap membicarakan segala topik dengan Washington setelah tercapainya kesapakatan bilateral, tetapi memperingatkan jangan mengharapkan ada perubahan penting politik dari perdamaian itu.
Dan walaupun pemimpin negara komunis satu-satunya di benua Amerika itu memuji persetujuan untuk menyingkirkan satu "hambatan" dalam hubungan AS-Kuba, ia menegaskan bahwa "yang paling penting, pencabutan embargo" tetap tidak dapat diputuskan.
Castro mengemukakan hal itu dalam pidato pada penutupan sidang parlemen dua kali setahun, yang dengan suara bulat meratifikasi perjanjian antara Havana dan Washington, dalam satu sidang yang sebagian besar dipusatkan pada pemulihan hubungan negara pulau itu dengan Washington.
"Rakyat Kuba menyambut baik keputusan yang benar Presiden AS Barack Obama.Itu merupakan penyingkiran satu hambatan dalam hubungan antara negara-negara," katanya.
"Kita menegaskan kembali kesediaan kita bagi dialog yang saling menghormati menyangkut masalah-masalah yang dipertikaikan," kata Castro dan menambahkan bahwa Kuba "menyetujui dialog mengenai segala topik tentang semua hal di sini tetapi juga di Amerika Serikat."
Tetapi ia menegaskan Kuba adalah "negara berdaulat" yang tidak akan tunduk pada tekanan untuk mengubah politiknya atau sistem ekonominya.
Begitu juga kita tidak pernah menyarankan Amerika Serikat mengubah sistem politiknya, kita akan menuntut saling menghormati," kata Castro.
AS dan Kuba Rabu membuat terobosan yang mengakhiri konflik Perang Dingin mereka, memulai tindakan-tindakan untuk mencabut embargo perdagangan AS yang telah berlangsung 50 tahun serta pertukaran para tawanan.
Perundingan resmi pertama menurut rencana akan diselenggarakan Januari 2015.
Castro Sabtu mengulang kembali sikapnya bahwa yang paling penting pecabutan embargo ekonomi, perdagangan dan keuangan terhadap Kuba, masih perlu diselesaikan."
Akan tetapi embargo itu teccantum dalam udang-undang AS ,yang hanya dapat diubah dengan persetujuan Kongres.
Ini mungkin sulit, dengan sejumlah anggota parlemen AS, yang dipimpin Senator AS kelahiran Kuba Merco Rubio memprotes perubahan sikap Obama dalam kebijakan Kuba.
Untuk sekarang, Castro mengatakan ia mengarapkan Obama menggunakan kekuasaan-kekuasaan eksekutifnya untuk mengubah aspek-aspek dari embargo itu "di mana persetujuan Kongres tidak diperlukan."
Obama, Jumat menegaskan ia cemas akan nasib para pembangkang Kuba dan para pegiat hak asasi manusia karena ini masih pemerintah yang menindas rakyatnya."
Tetapi presiden AS mengatakan ia tidak "mengharapkan terjadi perubahan-perubahan segera."
Sidang parlemen itu juga dihadiri oleh "Lima Kuba," kelompok agen-agen intelijen yang dipenjarakan di AS yang tiga anggota terakhirnya dibebaskan dalam pertukaran tawanan yang membuka jalan bagi kerukunan bersejarah Rabu itu.
Para pria itu dipuji sebagai para pahlawan nasional di Havana , yang mengatakan mereka bukan memata-matai Washington tetapi mengawasi kelompok-kelompok warga Kuba dipengasingan yang berusaha menyerang pulau itu.
Sidang itu diperpanjang dari Jumat sampai Sabtu untuk menyelesaikan diskusi mengenai ekonomi Kuba yang pada rencana awal merupakan topik penting, kata kantor berita pemerintah AIN.