Senin 22 Dec 2014 09:56 WIB

Ekstremisme Mengintai Generasi Muda Muslim Jerman

Rep: C14/ Red: Julkifli Marbun
Bendera Jerman
Foto: chaldean.org
Bendera Jerman

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN – Tensi toleransi keagamaan yang kian memburuk di Jerman, membuat khawatir tokoh Muslim setempat. Terutama, gejolak yang marak terjadi semakin mengarah pada anak-anak muda Muslim Jerman. Sehubungan dengan itu, Imam Masjid Berlin, Mohamed Taha Sabri (48 tahun), memiliki cerita khusus.

“Itu terjadi segera setelah saya berceramah di atas podium di Masjid Berlin,” kata Mohamed Taha Sabri, seperti dilansir South China Morning Post, Ahad (21/12).

Sabri menceritakan, ketika itu dirinya sedang menjelaskan buruknya perlakuan kelompok ekstremis yang mengatasnamakan Islam. Sabri mencontohkan ISIS. Menurutnya, Islam sama sekali tidak mengajarkan umatnya untuk menjadikan perempuan sebagai budak, mengebom gereja, dan memenggal kepala orang di hadapan kamera sambil berteriak “Allahu Akbar.”

Namun, segera ujaran Sabri ini mendapat jawaban keras dari dua orang anak muda. Salah satu dari mereka menuding Sabri. Yang lain bahkan berkata keras, “Apa masalahmu dengan ISIS? Kaulah yang salah selama ini.”

Sabri melanjutkan, mendengar ujaran kedua anak muda itu, dirinya lantas menjawab. “Tidak saudaraku, kalianlah yang keliru selama ini dalam memahami Islam.”

Menurut Sabri, selama ini lingkungan Masjid Berlin termasuk kondusif bagi toleransi beragama. Demikian pula, umat Islam di sekitar Masjid Berlin bersikap moderat dan menjauhi ekstremisme. Namun, maraknya pemberitaan dan bahkan agitasi dari kelompok keagamaan cenderung memikat anak-anak muda. Apalagi, sentimen anti-Islam di Jerman belakangan ini kain melebarkan jurang, Muslim di satu sisi, sedangkan orang yang non-Muslim di sisi lain.

Kejadian yang dialami Sabri itu terjadi ketika shalat Jumat sedang berlangsung. Bahkan, setelah shalat Jumat usai, sang khatib sempat dipukul hingga mengalami luka ringan.

“ISIS, bagaikan tangan tak terlihat yang mampu merusak keyakinan anak-anak kita. Kita kehilangan generasi muda,” kata Sabri seperti dikutip South China Morning Post, Ahad (21/12).

Salah seorang tokoh Muslim Jerman, Imam Ferid Heider, menuturkan, dirinya bahkan pada suatu hari menerima sebuah surat kaleng. Isinya, pertanyaan apakah dibolehkan bagi seorang Muslim membunuh orang Kristen dan Yahudi. Belakangan diketahui, pengirim surat itu ialah seorang perempuan berusia 18 tahun. Dia lantas mengumumkan, dirinya akan berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.

“Ini merupakan kewajiban kita untuk meninggalkan Jerman, negeri orang kafir, dan pergi mendirikan khilafah, berjuang di Suriah,” demikian Heider mengulang perkataan perempuan itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement