Selasa 23 Dec 2014 17:05 WIB

WHO: Kesiapsiagaan Bencana Penting Bagi Setiap Negara

Warga berdiri di dekat rumah yang rusak parah sisa bencana gelombang gempa dan tsunami 26 Desember 2004 di Ulee Lheu, Banda Aceh, Kamis (4/12).
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Warga berdiri di dekat rumah yang rusak parah sisa bencana gelombang gempa dan tsunami 26 Desember 2004 di Ulee Lheu, Banda Aceh, Kamis (4/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana alam yang tidak dapat diprediksi menyebabkan kesiapsiagaan dalam menghadapinya menjadi penting bagi setiap negara. Hal ini diungkapkan Direktur Regional Organisasi Kesehatan Dunia untuk Asia Tenggara Dr Poonam Khetrapal Singh.

"Bencana tsunami di Aceh menjadi titik balik bagi dunia, dan menyadarkan kita betapa pentingnya kesiapsiagaan untuk dapat melakukan upaya tanggap terhadap bencana sejenis, di manapun, kapanpun," katanya dalam memperingati 10 tahun tsunami di Asia Tenggara yang menewaskan hampir 200 ribu orang seperti dikutip siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa (23/12).

Selain menelan korban ratusan ribu jiwa, Singh mengatakan bencana yang terjadi pada 26 Desember 2004 itu juga menghancurkan lebih dari 800 fasilitas kesehatan di berbagai negara yang terdampak serta menyapu bersih permukiman di wilayah pantai.

Upaya terpadu dilakukan Kantor regional WHO untuk kawasan Asia Tenggara (SEARO) bersama perwakilan WHO di negara-negara yang terkena Tsunami yaitu bekerjasama untuk mengembangkan kesiapsiagaan untuk keadaan gawat-darurat dan kapasitas upaya tanggap bagi bencana serupa.

Sejumlah dokumen untuk kesiap siagaan dan upaya tanggap kedaruratan (Emergency Preparedness and Response) telah disusun oleh SEARO yang mencakup standar, indikator, daftar periksa untuk menilai ketersediaan dukungan hukum, perencanaan, keuangan, koordinasi mekanisme, kapasitas masyarakat serta peringatan dini.

WHO juga telah membentuk Dana Kedaruratan Kesehatan atau South-East Asia Regional Health Emergency Fund (SEARHEF) bagi pendanaan kedaruratan yang kerap tak dapat diprakirakan. Dokumen-dokumen WHO (WHO Benchmarks) juga telah digunakan negara-negara anggota untuk pengembangan kapasitas dan penilaian bagi pengelolaan risiko pada sektor kesehatan di Indonesia. Indonesia, Thailand, India, Sri Lanka dan Maladewa.

Selain negara terdampak tsunami, negara-negara yang tak terkena tsunami juga dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.

WHO Benchmarks dan SEARHEF, yang dibentuk setelah Tsunami tahun 2014, telah dimanfaatkan pada bencana-bencana di tahun-tahun berikutnya seperti pada gempa bumi besar di Sumatera, Indonesia, 11 April 2012.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement