REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Ukraina mengambil langkah bersejarah untuk bergabung dengan NATO Selasa (23/12) dalam pemungutan suara di parlemen yang bisa membuat Rusia marah jelang pembicaraan tentang diakhirinya perang separatis di bekas negara Soviet itu.
Para pembuat undang-undang di dewan yang dikendalikan pemerintah menyetujui suatu rancangan undang-undang yang menggugurkan status non-blok Ukraina -- satu klasifikasi yang diberikan kepada negara-negara seperti Swiss yang menolak untuk bergabung dalam aliansi-aliansi militer dan dengan demikian tak memainkan bagian dalam perang-perang.
Presiden Petro Poroshenko telah bertekad menempatkan Ukraina di bawah perlindungan militer Barat setelah menang dalam pemilihan yang diserukan di tengah-tengah penggulingan seorang presiden dukungan Moskow di Kiev pada Februari.
"Perjuangan Ukraina demi kemerdekaan, integritas teritorial dan kedaulatannya telah berubah menjadi faktor menentukan dalam hubungan kami dengan dunia," kata Poroshensko kepada para duta besar asing di Kiev Senin malam.
Ukraina mengambil sikap netral di bawah tekanan kuat Rusia pada 2010. Negara tersebut berusaha menjadi anggota NATO di era awal pasca Soviet -- tentaranya yang pernah kuat mengalami kemunduran dan dilanda korupsi -- tak pernah dipandang sebagai kandidat yang serius.
Revolusi musim dingin lalu di Kiev membuat marah Presiden Rusia Vladimir Putin yang memiliki rencana-rencana mendaftarkan Ukraina dalam blok baru pimpinan Kremlin yang dapat menjadi rival NATO dan Uni Eropa.
Dan Moskow telah mensyaratkan Kiev keluar dari semua blok militer sebagai syarat bagi perundingan mengenai diakhirinya pergolakan pro Rusia yang telah membunuh 4.700 orang di bagian timur Ukraina dalam delapan bulan terakhir.
Pandangan Putin tentang NATO sebagai ancaman terbesar Rusia yang modern hanya telah diperkuat oleh perubahan dramatik dalam ketegangan Timur-Barat mengenai Ukraina.
"Pada esensinya, permohonan bagi keanggotaan NATO akan mengubah Ukraina menjadi penentang militer potensial bagi Rusia," kata Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev memeperingatkan dalam pesan di Facebook-nya Senin.
Dia mengatakan bahwa penolakan Ukraina untuk bersikap netral dan suatu undang-undang baru tentang sanksi-sanksi atas Rusia yang diteken Presiden Amerika Serikat Barack Obama pada Jumat "akan memiliki konsekuensi sangat negatif."
"Dan negara kami akan merespons hal-hal tersebut," kata Medvedev.