REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Parlemen Ukraina pada Selasa (23/12) memutuskan Ukraina bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Keputusan tersebut memicu kemarahan dari Rusia.
The Washington Post melaporkan, mayoritas anggota Parlemen Ukraina mendukung untuk bergabung dengan NATO, perubahan mencolok dibandingkan beberapa tahun lalu yang hanya sebagian kecil. Langkah Ukraina tersebut memancing respon marah dari Rusia. Sementara NATO menunjukkan tanda-tanda akan menerima Ukraina sebagai anggota dalam waktu dekat.
Keputusan Ukraina untuk bergabung dengan NATO datang di tengah upaya Rusia berjuang dengan rubel yang semakin melemah, ditambah meningkatnya kekhawatiran akan ketidakstabilan ekonomi.
Pemungutan suara di parlemen Ukraiana tak memiliki efek langsung pada hubungan Ukraina dengan NATO. Namun itu mengakhiri status nonblok Ukraina, yang sebelumnya diadopsi untuk meyakinkan Rusia bahwa Ukraina tak akan bergabung dengan NATO. Presiden Rusia Vladimir Putin mengutip kekhawatiran Ukraina akan bergabung dengan NATO, sebagai alasan pencaplokan Crimea.
Proposal untuk menghilangkan Status nonblok lulus dengan mudah, 303 dari 450 anggota parlemen mendukung. Setelah pemungutan suara, para anggota legoslator berdiri dan bertepuk tangan.
"Akhirnya, kami mengkoreksi kesalahan. 303 setuju dan status nonblok berakhir. Tak ada alternatif untuk integrasi Euro-Atlantik. Kejayaan untuk Ukraina!" tulis Presiden Ukraina Petro Poroshenko di akun Facebooknya pada Selasa.
Para pemimpin Rusia merespon keras keputusan tersebut. Mereka memperingatkan Ukraina dan NATO bahwa keputusan tersebut bukan langkah baik.
"Ini adalah langkah kontraproduktif dan hanya meningkatkan konfrontasi dan menciptakan ilusi. Undang-undang seperti itu mungkin untuk menyelesaikan krisis dalam negeri yang mendalam di Ukraina," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada wartawan, seperti dilaporkan kantor berita Interfax. Lavrov juga menyerukan dialog antara pemerintah dan separatis Ukraina.
Sehari sebelumnya, Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev memperingatkan bahwa, proposal untuk keangggotaan NATO akan mengubah Ukraina menjadi musuh potensial militer Rusia.
Seorang juru bicara NATO mengatakan, NATO menghormati keputusan parlemen Ukraina. Namun Ukraina harus memenuhi standar dan mematuhi prinsip-prinsip keanggotaan NATO.
"Pintu kami terbuka akan keanggotaan NATO, jika Ukraina meminta," ungkapnya dalam sebuah pernyataan.
Dengan standar tersebut, para analis mengatakan keanggotaan NATO untuk Ukraina akan dicapai dalam beberapa tahun mendatang. Banyak pemimpin Barat berhati-hati tentang perluasan jaminan keamanan untuk Ukraina. Sebab ini bisa berarti perang dengan Rusia.
Pada pertemuan puncak NATO September lalu, para pemimpin aliansi berkomitmen untuk mendukung negara-negara Baltik. Tetapi mereka menawarkan sedikit dukungan untuk Ukraina.n Gita Amanda