REPUBLIKA.CO.ID,YANGON--Biksu Buddha dan masyarakat di kota Mandalay, Myanmar menuntut penutupan tambang tembaga yang dianggap menyalahi pemakaian lahan petani setempat.
Aksi mereka disebut sebagai protes terbesar sejak penembakan mati seorang wanita yang melakukan unjuk rasa di tambang Letpadaung di kota Mongwa, Myanmar barat laut.
Tambang yang dikelola perusahaan Cina, Wanbao itu bagian dari anak perusahaan milik pimpinan militer setempat.
"Kami menginginkan apa sebenarnya yang terjadi di Letpadaung ketika Khin Win tewas. Kami ingin pihak berwajib melakukan tindakan yang layak," kata Thein Aung Myint,seorang penyelenggara protes dari Movement for Democracy Current Force (MDCF) kepada AFP.
Menurutnya, mereka tidak menentang Cina. Namun, mereka khawatir hubungan antara Cina dan Myanmar mungkin akan rusak karena melakukan aksi kekerasan dan penembakan pada kaum petani.
Tambang tembaga Letpadaung telah menimbulkan beberapa penentangan keras dari penduduk desa lokal. Pada November 2012 lalu, polisi menggunakan gas fosfor untuk menghalau pemrotes. Akibatnya, puluhan orang termasuk satu orang biksu menderita luka bakar.
Tindakan keras sejak berakhirnya kekuasaan militer tahun 2011 membuat geram rakyat yang mayoritas penganut Buddha itu.
Awal tahun ini dua pekerja Tiongkok diculik di lokasi itu oleh para pegiat, kendatipun mereka kemudian dibebaskan tanpa cedera.