REPUBLIKA.CO.ID, KABUL-- Taliban mencemooh pengakhiran misi perang NATO di Afghanistan. Mereka menggambarkan misi pimpinan Amerika Serikat tersebut sebagai tindakan barbar dan kejam, yang menenggelamkan negara dalam genangan darah.
Dilansir dari Al-Arabiya, kelompok gerilyawan mengeluarkan pernyataan dalam bahasa Inggris sehari setelah NATO menandai pengakhiran misi tempur dengan upacara rahasia karena khawatir serangan Taliban. "Kami menganggap langkan ini sebagai indikasi yang jelas dari kekalahan dan kekecewaan mereka," kata Taliban.
Taliban memerintah Afghanistan pada 1996-2001. Mereka berjuang dalam pemberentokan berhadapan dengan pasukan NATO dan Afghanistan selama 13 tahun.
PBB mengatakan, korban sipil mencapai jumlah tertinggi tahun ini hingga 10 ribu tewas atay terluka. Sekitar 75 persen dari korban merupakan anggota Taliban.
Pada 1 Januari, Pasukan Bantuan Keamanan Internasional NATO (ISAF) mengakhiri misi tempurnya. Mereka akan mengganti dengan misi pelatihan dan dukungan. Sekitar 12.500 tentara NATO akan tetap berada di Afghanistan.
Pernyataan Taliban juga menyatakan, kelompok akan berterung membentuk sistem pemerintahan Islam yang murni dan mengusir pasukan invasi tanpa syarat. Presiden Ashraf Ghani mengatakan dia terbuka untuk pembicaraan damai dengan Taliban.