REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina tengah menjajaki kemungkinan kerja sama dengan Amerika Serikat terkait pengembalian aset negara yang dilarikan oleh pejabat-pejabat korup, demikian surat kabar China Daily memberitakan pada Senin.
Pemerintah Cina sendiri memang tengah gencar-gencarnya mengupayakan pemeberantasan korupsi.
Dalam sebuah operasi yang diberi nama "Fox Hunt", pemerintah Cina berjanji akan memburu pejabat dan pengusaha korup beserta aset-aset yang dimiliki sampai ke luar negeri.
Namun dari pengalaman pada masa lalu, negara-negara Barat pada umumnya menolak menandatangani kerja sama ekstradisi dengan Beijing dengan alasan buruknya sistem pengadilan di Cina. Kekhawatiran yang sama juga disuarakan oleh kelompok hak asasi manusia yang selama ini menuduh Cina sering menyiksa para tahanan dan menghukum mati koruptor.
Sementara itu pada Senin, harian China Daily memberitakan bahwa bank sentral Cina kini tengah berunding dengan badan Financial Crimes Enforcement Network (FinCEN) dari Departemen Keuangan Amerika Serikat terkait pengembalian aset negara yang dilarikan ke negara tersebut.
Juru bicara FinCEN Stephen Hudak menolak berkomentar mengenai benar tidaknya berita tersebut. Hudak hanya menerangkan bahwa FinCEN "sering bekerja sama dengan pihak asing untuk saling berbagi informasi demi perlindungan terhadap sistem finansial dari kejahatan pencucian uang, korupsi, dan pendanaan terorisme."
FinCEN sendiri pada tahun lalu menandatangani kerja sama dengan Meksiko terkait pemberantasan tindak pencucian uang dan pendanaan terorisme. Meski berhak untuk menganalisis data transaksi finansial yang mencurigakan, FinCEN dalam kesepakatan itu tidak berwenang untuk membekukan dana ataupun menyerahkannya pada pihak lain.
DI sisi lain, juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Jeff Rathke pada Senin mengatakan bahwa sampai saat ini kedua negara tidak melakukan perundingan mengenai hal yang sama. Dia menyebut sejumlah kesepakatan yang terkait langsung dengan pengembalian aset.
"Tidak ada kesepakatan tambahan yang tengah dipertimbangkan," kata Ruthke.
Sebelumnya media di Cina pada awal bulan ini melaporkan bahwa Beijing sudah sampai tahap final kesepakatan sejenis dengan Kanada.
Selain dengan Amerika Serikat, pihak bank sentral Cina juga diberitakan menjajaki hal yang sama dengan Australia.
"Jika kesepakatan telah tercapai, Cina akan berbagi informasi intelejen dengan Amerika Serikat dan Australia," kata wakil kepala departemen legal dan urusan luar negeri Kementerian Keuangan Cina, Zhang Xiaoming kepada China Daily.