REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Rencana awal hanya transit beberapa jam di Melbourne, namun Ismail Marzuki menghabiskan enam bulan terakhir di rumah sakit, dan sekarang sudah diperbolehkan pulang ke Indonesia.
"Ya saya akan pulang ke Indonesia, tanggal 14 Januari," kata Ismail Marzuki dalam perbincangan dengan wartawan ABC L. Sastra Wijaya hari Selasa (30/12/2014).
"Sejak dua bulan terakhir ini, saya belajar menggunakan kaki palsu. Namun masih ada rasa sakit di lutut kanan dan juga di tapak kaki. Rencananya saya akan pulang ke Indonesia, dan kembali lagi bulan Maret ke sini untuk operasi mencabut pen di tapak kaki saya." kata Ismail lagi.
Ismail mengalami kecelakaan nahas 11 Juni 2013 ketika sedang hendak menurunkan koper dari sebuah van di bandara Tullamarine, Melbourne.
Ketika itu bersama dengan beberapa rekannya, Ismail dalam perjalanan pulang ke Indonesia, setelah kontraknya bekerja sebagai anak buah kapal milik perusahaan Korea Selatan berakhir. Kapal mereka berlabuh di Geelong, sekitar satu jam perjalanan dari Melbourne.
Oleh perusahaannya, mereka akan diterbangkan pulang ke Indonesia lewat Melbourne. Namun di dinihari itu, sebuah taksi menabrak Ismail dari belakang, yang mengakibatkan kaki kirinya harus diamputasi dan kaki kanannya retak.
Sejak kejadian itu, pria berusia 32 tahun ini dirawat di Rumah Sakit Royal Melbourne dan mendapat berbagai latihan fisioterapi guna mengembalikan fungsi kaki kanannya.
"Alhamdulilah, keadaan saya semakin baik. Untuk keluar saya masih menggunakan kursi roda listrik yang disediakan oleh pihak rumah sakit. " kata Ismail Marzuki lagi.
Untuk Indonesia, Ismail sudah mendapat kursi roda listrik baru yang disediakan oleh pemerintah Australia, yang akan digunakannya, sambil berlatih untuk menggunakan kaki palsunya.
Menurut Ismail, dia lega bisa kembali ke Indonesia, dan sekarang ini guna mencukupi kehidupan sehari-hari, dia masih menerima gaji yang dibayarkan oleh pemerintah Australia, sesuai dengan gaji yang diterimanya ketika bekerja sebagia anak buah kapal.
"Saya tidak perlu menyebutkan, namun gaji ini lebih dari cukup bagi kami sekarang ini," tambah Ismail..
Menurutnya, sambil terus melakukan penyembuhan, dia juga sedang menunggu keputusan mengenai kompensasi yang akan diberikan oleh pemerintah Australia lewat Traffic Accident Commision (TAC).
"Untuk sementara saya tidak memikirkan hal tersebut. Saya konsentrasi ke tahap penyembuhan dulu. Nanti itu akan dibicarakan lagi dengan pengacara saya." tambah Ismail.
Bagaimana dengan sopir taksi yang menabraknya? "Dia datang menemui saya dua minggu setelah kejadian, meminta maaf atas peristiwa tersebut. Saya sudah memaafkannya ketika itu. Saya juga tidak menuntut dia lagi, karena bagi saya, mungkin ini juga musibah bagi dia." kata Ismail lagi yang sekarang akan kembali ke kampung halamannya, di Muara Dua, di Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan.