REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Keputusan Australia tidak memberikan suara dan dukungan terhadap resolusi PBB, yang menuntut berakhirnya pendudukan Israel di Palestina dalam waktu tiga tahun, sangat disesalkan. Keputusan itu dinilai mengecewakan dan bakal 'merusak' hubungan negara tersebut dengan dunia Arab.
Dari 15 negara anggota Dewan Keamanan PBB, sebanyak delapan negara memberikan dukungan untuk Palestina. Lima negara lain abstain termasuk Inggris. Sedangkan dua negara tersisa Amerika Serikat dan Australia menolak rencana resolusi ini.
Palestina membutuhkan minimal sembilan suara supaya resolusi ini bisa dilakukan dan hal itu gagal di tangan Australia.
Kepala Delegasi Umum Palestina untuk Australia dan Selandia Baru, Izzat Abdulhadi mengaku terkejut dengan suara Australia. Dia padahal berharap Negara Kangguru ini memberikan dukungan untuk Palestina, atau setidaknya abstain.
"Keputusan mereka sangat mengecewakan dan disesalkan. Ini akan mempengaruhi hubungan Australia dengan Palestina dan dunia Arab," kata Abdulhadi, dilansir dari the Guardian, Rabu (31/12).
Abdulhadi mengklaim telah terjadi pergeseran posisi Australia pada konflik berkepanjangan Palestina-Israel ini. Hal ini diwakili isu Yerusalem Timur.
Abdulhadi mengatakan bahwa Palestina akan terus berjuang untuk mendapatkan dukungan internasional, meskipun AS dan Australia memberikan pengaruh buruknya. Dia sebelumnya sudah memproyeksikan, meskipun sembilan suara ini telah tercapai, AS akan menggunakan hak vetonya sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB untuk menolak resolusi ini.
Resolusi Palestina bertujuan untuk mendamaikan situasi setidaknya satu tahun untuk menemukan solusi damai dengan Israel. Palestina ingin kembali merebut hak-hak kenegaraannya berdasarkan sistem perbatasan 1967. Dalam resolusi itu dikatakan, Israel akan menarik pasukannya dari wilayah Pelstina yang diklaimnya hingga 2017.
Duta Besar Australia untuk PBB, Gary Quinlan mengatakan Australia tetap berkomitmen untuk masa depan yang damai antara Israel dan Palestina. Sayangnya, rancangan resolusi ini dinilainya tidak akan membantu.
"Itulah sebabnya kami memilih menentangnya," kata Quinlan.