REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Pemerintah Suriah memprotes kepada PBB perihal masuknya sejumlah pejabat Amerika Serikat (AS) dan Perancis ke wilayahnya secara ilegal.
Para pejabat yang dianggap melanggar kedaulatan Suriah itu adalah senator John McCain dan mantan diplomat AS, Peter Galbraith, serta Mantan Menteri Luar Negeri Prancis, Bernard Kouchner yang masuk ke negaranya dalam kunjungan terpisah.
Protes resmi dilayangkan oleh Suriah dengan mengirimkan surat pernyataan kepada PBB pada (30/12) lalu. Dalam surat itu, Duta Besar Suriah untuk PBB, Bashar Ja'afari mendesak Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dan Dewan Keamanan segera mengambil tindakan atas pelanggaran tersebut.
"Tindakan tersebut merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan Suriah dan resolusi-resolusi Dewan Keamanan mengenai Suriah," ujar Ja'afari seperti dilansir Reuters, Selasa (6/1).
Ia juga mengeluhkan masuknya sejumlah wartawan asing dan tokoh-tokoh negara Eropa yang melakukan pelanggaran serupa. Ja'afari menyatakan bahwa John McCain telah mendatangi negaranya tanpa izin pada Juni 2013, sedangkan Galbraith datang pada Desember 2014, bersama dengan para pemimpin politik dan militer AS lainnya.
Ia juga menyeret nama mantan politisi Kuwait, Walid Tabtabai yang melakukan kunjungan ilegal pada September 2013. McCain yang merupakan mantan kandidat Presiden AS dari Partai Republik, dilaporkan menyeberang ke Suriah pada Mei 2013 melalui Turki.
Kunjungan McCain sempat menghebohkan media-media di AS setelah muncul fotonya kala sedang bersama kelompok pemberontak yang diduga adalah militan ISIS.
Selain kunjungan ilegal ke Suriah, McCain juga pernah bertandang ke Ukraina pada Desember 2013 di tengah protes massal anti-pemerintah Ukraina. Dalam kunjungan tersebut, McCain bertemu dengan pemimpin oposisi Ukraina di Ibu Kota Ukraina, Kiev, dan menyuarakan dukungannya terhadap protes massa serta menambahkan bahwa ia melihat masa depan Ukraina bersama Eropa.
Dua tahun sebelumnya, ia juga mengunjungi kubu pemberontak Libya, di Benghazi, Libya Timur, untuk memberikan dukungannya kepada kelompok pemberontak tersebut dalam melawan pasukan pro Muammar Khaddafi.
Menanggapi protesnya yang dilayangkan Suriah kepada PBB dan Dewan Keamanan, McCain pun tak tinggal diam. Dalam sebuah pernyataan, ia menyatakan bahwa "Ini adalah kebenaran yang menyedihkan, namun mengherankan bahwa rezim Assad (Presiden Bashar al-Assad) tidak peduli dengan pembantaian lebih dari 200 ribu pria, wanita dan anak-anak, tapi meributkan kunjungan saya menemui warga Suriah yang berani memperjuangkan kebebasan dan martabat mereka," ujarnya.
McCain menambahkan bahwa pada kenyataannya masyarakat internasional tidak melakukan apapun untuk menjatuhkan rezim yang buruk ini, meskipun kekejaman yang dilakukan telah menodai kesadaran moral.