Rabu 07 Jan 2015 20:27 WIB

Perang di Suriah Gunakan Senjata Kimia

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Karta Raharja Ucu
 Seorang anak berdiri di depan tenda kamp pengungsi asal Suriah di desa Deir Zannoun, lembah Bekaa, Lebanon, Rabu (7/1). (AP/Hussein Malla)
Seorang anak berdiri di depan tenda kamp pengungsi asal Suriah di desa Deir Zannoun, lembah Bekaa, Lebanon, Rabu (7/1). (AP/Hussein Malla)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sebuah dokumen membuktikan penggunaan senjata kimia di Suriah. Dokumen yang dibuat pengawas senjata kimia tersebut bocor dan jatuh ke tangan media Aljazirah, Selasa (6/1).

Dokumen tersebut berisi laporan misi yang dilakukan //Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW)//. Mereka melakukan investigasi penggunaan senjata kimia terhadap saksi yang melihat helikopter menurunkan bom dengan racun kimia.

Para saksi melaporkan mereka mendengar helikopter sebelum terjadi serangan. Editor diplomatik Aljazirah James Bays yang melaporkan dari PBB mengatakan anggota Dewan Keamanan PBB dari negara barat menyalahkan otoritas Suriah atas serangan yang hanya bisa diakses dengan helikopter tersebut.

Duta besar AS untuk PBB, Samantha Power mengatakan 32 orang melihat atau mendengar suara beberapa helikopter ketika bom meledak. ''Sebanyak 29 orang mencium adanya bau klorin. Hanya rezim Suriah yang menggunakan heli,'' kata dia dalam akun Twitternya.

Dokumen setebal 117 halaman tersebut menyebutkan detail penemuan berdasarkan data tanggal penggunaan senjata kimia di Suriah. Namun dokumen tidak menyebut pihak mana yang menggunakannya.

Dalam dokumen itu disebutkan penggunaan senjata fokus pada tiga desa yaitu dua di Idlib dan satu desa di Hama. Penggunaan gas klorin sangat tinggi di sana dan diduga untuk melawan masyarakat Suriah. Sebelumnya, dua dokumen melaporkan hasil misi yang sama.

"Dewan Keamanan PBB telah melakukan pertemuan tertutup untuk membahas perkembangan program penghancuran senjata nuklir Suriah. Power mengatakan laporan terbaru menambah kecurigaan bahwa pemerintah Suriah menggunakan gas klorin sebagai senjata dalam perang sipilnya," tulis Aljazirah, Rabu (7/1).

DK PBB telah mendesak program penghapusan senjata kimia setelah serangan gas sarin pada Agustus 2013 lalu. Kejadian itu menewaskan ratusan masyarakat sipil di wilayah Ghouta Damascus. Presiden Bashar al Assad dan pasukan pemberontak saling menuduh atas serangan tersebut.

Sementara Barat menuduh pihak pemerintah Assad yang melakukan serangan, termasuk serangan senjata kimia lainnya. Damascus bergabung dengan OPCW tanpa mengaku serangan.

Setelah pertemuan 15 negara anggota DK PBB, Kepala pelucutan senjata PBB Angela Kane mengatakan kepada wartawan bahwa misi OPCW masih berusaha untuk menjelaskan kesenjangan dalam deklarasi senjata kimia Suriah.

Ia berharap bisa menghancurkan semua fasilitas produksi bahan kimia Suriah yang masih tersisa paling lambat Juni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement