REPUBLIKA.CO.ID, JAKARA -- Menurunnya harga minyak yang kian terjungkal di 47,9 dolar AS per barel, membuat beberapa daerah mengalami deflasi.
Kawasan eropa yang awalnya tengah mengalami infasi justru langsung berubah menjadi negatif, dan memperlihatkan angka 0,2 persen lebih rendah dari bulan yang sama pada tahun sebelumnya.
Ekonom Eropa dari RBC Capital Markets James Ashley mengatakan, terdapat beberapa argumen mengapa inflasi itu hanya di atas atau di bawah 0%. Dan salah satunya karena harga minyak yang berjatuhan.
"Penurunan tersebut lebih utama didorong oleh biaya energi yang lebih rendah karena harga minyak terjun." ungkap Ashley dilansir BBC, Kamis (8/1).
Dia mengatakan harga energi menyentuh 6,3 % lebih rendah dari bulan yang sama di tahun sebelumnya. Harga untuk makanan dan tembakau dirediksi tidak akan berubah setelah naik 0,5 % pada bulan November.
Serta untuk harga layanan yang stabil sejak bulan November, diperkirakan akan meningkat 12 % dibandingakan tahun 2013.
"Dan ini adalah pertama kalinya zona euro telah menglami deflasi sejak krisis keuangan tahun 2009," lanjut dia.
Melihat hal ini, Bank Sentral Eropa semakin diharapkan untuk memulai baak baru dengan langkah-langkah stimulus atau pelonggaran kuantitatif (QE).