REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Kelompok bersenjata berat membantai 12 orang di kantor mingguan satir "Charlie Hebdo" di Paris pada Rabu, dengan berteriak "kami membalaskan Nabi "dan" Allahu akbar"(Allah Maha Besar).
Dalam beberapa tahun belakangan, pegaris keras melancarkan serangan di seluruh dunia.
Di Australia pada 15-16 Desember 2014, dua sandera dan pegaris keras bersenjata kelahiran Iran, Man Haron Monis, tewas dalam 16 jam pengepungan melibatkan 17 sandera, yang berakhir sesudah polisi menyerbu kafe Chocolate Lindt di pusat Sydney.
Dugaan jaringan Monis pada kelompok keras Negara Islam diawasi sesudah ia menyuruh sandera di kafe itu memegang bendera hitam, yang biasa digunakan kelompok keras, bertuliskan syahadat, atau pengakuan iman dalam Islam.
Di Kanada pada 23 Oktober 2014, satu tentara ditembak di dekat parlemen di ibukota, Ottawa. Penyerangnya, Michael Zehaf-Bibeau, yang ditembak mati ketika mencoba menyerang parlemen itu termasuk dalam daftar pengawasan teror.
Peristiwa itu terjadi sehari sesudah penyerang lain, Martin Rouleau Couture, menghajar seorang prajurit di Montreal, membunuhnya sebelum ia ditembak mati polisi.
Ottawa telah mengirimkan pasukan dan jet sebagai bagian dari persekutuan pimpinan Amerika Serikat untuk memerangi pegaris keras di Irak. Kedua pelaku dalam serangan Kanada itu sebelumnya bergabung dengan pegaris keras dan berencana berperang di Suriah.
Di Belgia pada 24 Mei 2014, empat orang, termasuk dua wisatawan Israel, tewas sesudah seorang bersenjata menyerang museum Yahudi di Brussels. Polisi Prancis menangkap warga Prancis-Aljazair Mehdi Nemmouche, 29, di Marseille, Perancis selatan enam hari kemudian dan menyerahkannya ke pejabat Belgia pada akhir Juli.
Nemmouche didakwa melakukan "pembunuhan dalam kaitan teroris".
Di Inggris pada 22 Mei 2013, tentara Lee Rigby, 25, dibacok hingga tewas oleh dua warga Inggris keturunan Nigeria di dekat asrama tentara di tenggara ibukota tersebut.
Saksi menyatakan penyerang menyuruh mereka memfilmkan adegan saat mereka berteriak "Allahuakbar" sebelum terluka dan ditangkap polisi. Cuplikan itu menunjukkan salah satu pembunuh tersebut mengatakan ingin membalaskan Muslim, yang dibunuh tentara Inggris.
Pada Februari 2014, Michael Adebolajo, 29, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas pembunuhan, sementara Michael Adebowale, 22, menerima sedikit-dikitnya 45 tahun hidup di balik jeruji besi.
Di Amerika Serikat pada 15 April 2013, dua bom buatan tangan ditempatkan di dekat garis akhir maraton Boston dan meledak 12 detik berselang, membunuh tiga orang dan melukai 264 lagi.
Seorang pemuda keturunan Chechnya, Dzhokhar Tsarnaev, menjadi warga negara Amerika Serikat sejak 2012, dituduh melakukan terorisme dengan senjata pemusnah. Saudaranya, juga dituduh melakukan serangan itu, tewas dalam bakutembak dengan polisi.
Di Prancis pada 11 dam 19 Maret 2012, Mohamed Merah, 23, menembak mati tiga tentara di Toulouse dan Montauban, Prancis selatan, sebelum membunuh tiga siswa dan satu guru di sekolah Yahudi di Toulouse.
Merah terbunuh pada 22 Maret dalam tembak-menembak sesudah pengepungan panjang atas rumah susunnya oleh polisi Prancis.