REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pembicaraan minyak 40 dolar AS per barel berkembang pesat karena harga minyak mentah turun lagi pada Sabtu (10/1) pagi WIB, ke titik terendah sejak April 2009.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, turun 43 sen menjadi berakhir pada 48,36 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Di London, minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari berakhir turun 85 sen menjadi 50,11 dolar AS per barel, setelah jatuh serendah 48,90 dolar AS pada pagi hari.
Pasar mendapat dukungan dari laporan pekerjaan AS untuk Desember, karena jumlah penciptaan lapangan pekerjaan yang baik dan penurunan tingkat pengangguran menjadi 5,6 persen agak mengimbangi
penurunan upah, yang beberapa analis artikan sebagai momentum kecil untuk belanja konsumen.
Selain itu, data Jerman menunjukkan produksi industri dan ekspor merosot, menunjukkan ekonomi terbesar zona euro masih dalam jalur yang lemah. "Gerakan harga di bawah 50 dolar AS (untuk Brent) menunjukkan bagaimana momentum adalah segalanya di sini," analis CMC Markets, Michael Hewson, mengatakan kepada AFP.
"Dengan tidak adanya tanda-tanda bahwa OPEC akan melakukan sesuatu tentang kelebihan produksi, tampaknya kemungkinan bahwa kita akan melihat penurunan lebih lanjut ke arah 40 dolar AS dalam beberapa minggu mendatang, terutama mengingat bahwa permintaan tidak menunjukkan tanda-tanda meningkat".
Konsultan industri pertambangan dan mineral Wood Mackenzie mengatakan dalam sebuah laporan bahwa jika harga jatuh di bawah 40 dolar AS per barel akan memaksa sejumlah besar produksi global berhenti, yang pada gilirannya akan memperkuat harga.
"Harga Brent 40 dolar AS per barel atau di bawahnya akan mengakibatkan produsen-produsen menutup produksi pada tingkat di mana ada penurunan yang signifikan dari pasokan global," kata mereka.
Harga minyak mundur karena tidak ada tanda-tanda bahwa Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan memangkas produksi mereka dalam menanggapi kemerosotan harga baru-baru ini.
Uni Emirat Arab (UAE) tidak memiliki rencana untuk mengurangi produksi. Al Otaiba, duta besar untuk Amerika Serikat mengatakan di Washington pada Kamis bahwa UAE dapat hidup dengan kondisi pasar saat ini untuk lebih lama daripada yang orang perkirakan.
Produksi OPEC turun sebesar 122.000 barel per hari dari November menjadi 30,24 juta barel pada bulan lalu, menurut survei Bloomberg.
Produksi minyak mentah AS naik 11.000 barel per hari menjadi 9,13 juta pada pekan lalu, terbesar dalam sejarah data mingguan yang dimulai pada Januari 1983, menurut Badan Informasi Energi AS (EIA). Namun, data ekonomi positif AS yang baru dirilis tidak banyak membantu meningkatkan harga minyak mentah.
Harga minyak anjlok sekitar 10 persen pada 2015 karena pasar memperkirakan pasokan global melampaui permintaan.