Senin 12 Jan 2015 16:42 WIB

Jaringan Berbasis Tembaga Dinilai Perlambat Kecepatan Internet Australia

Pakar teknologi informasi mengatakan, jaringan serat-langsung ke rumah dibutuhkan Australia untuk memperbaiki kecepatan internet rata-rata.
Foto: NBN Co
Pakar teknologi informasi mengatakan, jaringan serat-langsung ke rumah dibutuhkan Australia untuk memperbaiki kecepatan internet rata-rata.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Dr Mark Gregory, seorang ahli teknik jaringan dari RMIT University menyatakan, keputusan Pemerintah Federal Australia untuk beralih dari jaringan serat-langsung ke rumah menjadi jaringan serat campuran/ tembaga adalah salah satu alasan penurunan peringkat kecepatan internet ini.

"Salah satu alasan mengapa peringkat kita jatuh, bahwa kita bergerak menuju pemanfaatan jaringan akses yang berbasis tembaga," sebutnya baru-baru ini.

Ia menguraikan, "Dan kita juga melihat penurunan ini karena, seiring dengan perubahan arah NBN, kita menempatkan penundaan yang besar sebelum peluncuran sebenarnya terjadi."

Selandia Baru adalah salah satu negara yang peringkatnya, kini, berada di atas Australia, dengan kecepatan internet rata-rata yang lebih gesit.

Dr Mark mengutarakan, hal itu sebagian besar terjadi karena New Zealand mempertahankan jaringan serat-langsung ke rumah. "Perbedaan utama antara Selandia Baru dengan Australia adalah bahwa Selandia Baru memutuskan untuk menggunakan jaringan serat-langsung ke rumah, dan mereka bertahan dengan keputusan itu," katanya.

Meskipun Australia jauh lebih besar secara geografis, Dr Mark mengatakan, jaringan serat-langsung ke rumah haruslah layak secara finansial, untuk menutupi sebagian besar penduduk. "Jaringan serat-langsung ke rumah bisa berjalan di Australia, karena kebanyakan orang Australia tinggal berkerumun di sekitar pantai," kata Dr. Mark.

"Jika Anda melihat kepadatan Australia, maka kami tak jauh berbeda dengan kebanyakan negara lain di dunia, kami hanyalah sebuah negara besar, tetapi dengan teknologi yang kita punya hari ini, untuk benar-benar menggunakan sistem serat, biayanya tidak jauh berbeda dengan kebanyakan negara lain di dunia," ungkapnya.

 

sumber : abc news
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement