REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Peristiwa penyerangan kelompok yang mengatasnamakan Islam terhadap Kantor Surat Kabar Charlie Hebdo di Perancis memperoleh banyak tanggapan. Salah satu tanggapan juga dilontarkan Mejelis Ulama Indonesia (MUI).
Ketua Komisi Kerukunan Umat Beragama MUI, Slamet Effendy Yusuf mengharapkan agar umat Islam di seluruh Indonesia bisa merenung diri. Sikap ini dinyatakan Slamet sebagai tanggapannya terhadap peristiwa yang telah mengguncangkan umat Islam.
Slamet menjelaskan, kebebasan ekspresi yang dilakukan para ekstrimis atas nama Tuhan itu tidak ada gunanya. Kedua pihak, lanjut Slamet, pada akhirnya berakhir di ujung peluru. “Sama-sama berakhir di kematian,” ungkap Slamet kepada Republika saat ditemui di Kantor MUI, Selasa (13/1).
Oleh karena itu, Slamet meminta umat untuk merenungkan diri atas peristiwa Charlie Hebdo ini. Menurutnya, umat harus tahu makna kebebasan ekspresi yang benar dan tepat. Dalam hal ini, lanjunyan, baik dalam pembelaan agama maupun negara.
Slamet menegaskan, dalam menyikap kondisi yang terjadi di Perancis, umat Islam harus bersikap moderat. Kemudian, perlu bersikap juga dengan menjalankan prinsip muthawasithah. Artinya, dengan selalu mengambil jalan tengah tanpa harus menghasilkan kematian, seperti yang terjadi di Perancis tersebut.
Seperti diketahui, Kantor Surat Kabar Cahrlie Hebdo di Perancis telah diserang oleh sekelompok ekstremis yang mengaku Islam. Peristiwa ini dilaporkan dilakukan oleh tiga orang berkewarganegaraan Perancis.
Tindakan yang dilakukan ketiga orang ini diduga untuk balas dendam. Hal ini karena Charlie Hebdo acapkali menyerang umat Islam dengan melecehkan Nabi Muhammad SAW., dengan gambar mereka yang kotroversial. Peristiwa ini dilaporkan telah menewaskan sekitar 12 orang.