REPUBLIKA.CO.ID, URUMQI -- Pihak berwenang di kawasan Xinjiang, Cina, yang didominasi Muslim, mengatakan, warga harus menunjukkan tanda identitas diri jika membeli kembang api untuk merayakan Tahun Baru guna mencegah "teroris" mendapatkannya sebagai bahan peledak.
"Langkah itu dimaksudkan... mencegah teroris memperoleh bahan-bahan mentah untuk membuat bahan peledak," kata Li Jianghui, seorang pejabat dari departemen keselamatan kerja kawasan itu, seperti dikutip media negara.
Kekerasan meningkat di Xinjiang yang berlokasi di bagian barat jauh Cina tahun lalu. Ketegangan-ketegangan telah terjadi antara mayoritas etnis Han di negara itu dan suku Uighur yang sebagian besar pemeluk Islam.
Beijing mempersalahkan kekerasan dilakukan para ektrimis , separatis, dan teroris telah menanggapi dengan melancarkan penumpasan dalam bulan-bulan belakangan. Ratusan orang ditangkap dan kampanye menentang praktek-praktek agama seperti pemakaian cadar dilakukan.
Pada Senin lalu, polisi menembak enam penyerang hingga mati setelah mereka berusaha menyulut alat peledak. Demikian laporan laman berita Tianshan yang dikelola pemerintah di Xinjiang.
Langkah tersebut yang diumumkan Selasa juga berarti untuk mengurangi risiko keamanan yang disebabkan oleh toko-toko penjual kembang api ilegal dan kembang api kualitas jelek di pasar, kata Li. Hanya 19 perusahaan kembang api akan diizinkan menjual produk di kawasan itu dan penjualan akan dibatasi hanya beberapa hari sebelum perayaan tahun baru, menurut laporan media lokal.
Tahun Baru yang jatuh pada 19 Februari tahun ini secara tradisional ditandai dengan kembang api yang berarti untuk memebuat takut roh jahat dan nasib sial.