REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Puluhan ribu orang berkumpul di Paris untuk menghormati korban reli solidaritas. Mereka (baik muslim maupun Yahudi) menegaskan tidak akan membiarkan perbedaan agama membagi mereka dan bersumpah untuk bersatu melawan terorisme.
''Long March ini merupakan tanda nyata kekuatan masyarakat Perancis ketika bersatu melawan orang-orang kejam," ujar Muslimah kelahiran Perancis Lassina Traore (34 tahun) di Pantai Gading, yang dikutip AFP, Minggu (11/1).
Wanita Muslimah ini berada di antara sekelompok ribuan orang yang mendukung para korban Charlie Hebdo dan serangan kemanusiaan Paris lainnya. Long March ini juga diadakan untuk menyampaikan pesan persatuan bagi Muslim dan Yahudi.
"Kita bisa hidup bersama," kata seorang Yahudi Daniel Benisty (30 tahun). "Ini gagasan hidup bersama karena kita berbagi nilai-nilai, kebebasan, persaudaraan, kesetaraan, untuk hidup dalam damai dan saling menghormati satu sama lain meskipun kita berbeda," ujarnya menambahkan.
Aksi damai long march ini menarik hampir empat juta orang, tidak hanya masyarakat tapi juga sejumlah pemimpin dunia termasuk Perdana Menteri David Cameron dari Inggris, Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Raja Abdullah dari Yordania ikut untuk menunjukkan solidaritas para korban serangan pekan lalu.
Selain itu, pemimpin Spanyol, Italia, Uni Eropa, Turki dan Tunisia juga ikut pada aksi damai kemarin. Long March ini dimulai dari Place de la Republique, dan selesai di Place de la Nation, yang terletak kurang dari satu mil dari tempat tragedi kemarin.