Rabu 14 Jan 2015 15:41 WIB

SBY: Karikatur Nabi Muhammad Buat Marah Umat Islam

Rep: C84/ Red: Erik Purnama Putra
Presiden SBY dan Dino Patti Djalal di Istana Negara, Jakarta, Senin (13/10).
Foto: Antara
Presiden SBY dan Dino Patti Djalal di Istana Negara, Jakarta, Senin (13/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Republik Indonesia (RI) ke-5, Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan dalam kasus penyerangan terhadap majalah Charlie Hebdo, perlunya pemahaman mengenai penyebab dari terjadinya serangan tersebut.

"Saya mengikuti liputan media internasional sejak aksi kekerasan di Paris. Yang sangat ditonjolkan isu kebebasannya (freedom of speech) *SBY*," kicau SBY dalam akun Twitter resminya, @SBYudhoyono, Rabu (14/1).

Menurut dia, jika kita ingin mencegah hal begitu tidak terus terjadi, perlu diangkat pula penggambaran karikatur Nabi Muhammad sebagai penyebab. Meski demikian, ia mengecam pembunuhan para kartunis itu.

Tapi, SBY juga mengajak para pemimpin dunia berpikir bagaimana mencegah hal tersebut terjadi di masa depan. Dia menyatakan, membuat gambar Nabi Muhammad Saw., sangat ditabukan bukan hanya untuk kalangan non-Muslim, tapi juga bagi umat Muslim sendiri.

Sedangkan, bagi dunia Barat, lanjutnya, karikatur Nabi Muhammad bagian dari kebebasan berpendapat yang dianggap mutlak dan tak boleh dibatasi. Tetapi, kata dia, bagi dunia Islam hal itu sebuah penistaan dan pelecehan. Ia meminta ke depannya untuk saling memahami dan menghormati pandangan yg berbeda. 

"Membuat karikatur Nabi Muhammad bukan hanya membikin marah kaum yang ekstrem dan adikal, tetapi juga umat Islam secara keseluruhan. *SBY*," sambungnya.

Selain itu, ia juga menyoroti peperangan yang terus terjadi di negara Islam. Meskipun perang itu bertujuan untuk perangi terorisme, bukan Islam, tetapi lama kelamaan menurutnya bisa dianggap memerangi dunia Islam.

"Ke depan, masyarakat dunia juga harus saling hormati nilai & keyakinan pihak lain. Tak paksakan sistem nilai & keyakinan yg dianutnya. *SBY*," lanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement