Rabu 14 Jan 2015 17:11 WIB

Sejumlah Negara Pasifik Terserang Wabah Chikungunya

Red:
Aedes albopictus, nyamuk yang diyakini menyebarkan wabah chikungunya
Foto: STRAITS TIME
Aedes albopictus, nyamuk yang diyakini menyebarkan wabah chikungunya

REPUBLIKA.CO.ID, KALEDONIA BARU -- Para pakar kesehatan di wilayah Pasifik mengatakan, mereka khawatir akan persebaran virus chikungunya. Pasalnya, virus yang berasal dari nyamuk ini sebelumya belum pernah terjadi di berbagai negara Pasifik.

Kasus pertama chikungunya di Pasifik terdeteksi di Kaledonia Baru sekitar tiga tahun yang lalu. Namun wabah di Polinesia Perancis yang terjadi akhir tahun lalu, telah menunjukkan betapa cepat virus ini bisa menyebar.

Menurut pejabat kesehatan setempat, virus tersebut, sejauh ini, telah menewaskan 14 orang di Polinesia Perancis. Tahun lalu, Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO) memperingatkan, virus chikungunya bisa menyebar ke wilayah Pasifik dan ke pulau-pulau disekitarnya, selama 1 atau 2 tahun ke depan.

Menurut WHO, pakar kesehatan masih belum menemukan vaksin yang bisa mencegah virus ini dan belum ada terapi obat antivirus tertentu yang telah dikembangkan.

Seorang ahli epidemiologi dari Sekretariat Komunitas Pasifik, Dr Adam Roth mengatakan, dalam tiga bulan terakhir di Polinesia Perancis, 55 ribu orang tercatat melakukan konsultasi tentang penyakit chikungunya. Namun menurutnya, ada lebih banyak orang yang telah terjangkit penyakit ini, tetapi belum melakukan perawatan medis.

"Ada kemungkinan sejumlah kasus dengan gejala lebih ringan dan mereka tak melakukan konsultasi. Jadi kemungkinan ada lebih dari 55 ribu konsultasi," utaranya.

Penyakit ini menyebabkan demam, nyeri sendi yang parah, nyeri otot, sakit kepala, mual, kelelahan dan ruam di kulit. Dr Adam mengatakan, wabah chikungunya telah mereda di Polinesia Perancis, namun sebagian besar kasus baru yang dilaporkan di Kaledonia Baru diimpor dari Polinesia Perancis.

Ia juga menyebut, ada peningkatan kasus penyakit ini di Samoa. Dr Adam mengemukakan semua negara di kawasan Pasifik yang belum terjangkit chikungunya, berisiko terkena penyakit ini karena masyarakat belum memiliki sistem kekebalan terhadap virus ini. "Saya pikir semua pulau akan beresiko mengimpor wabah ini, tak hanya dari Polinesia Perancis dan Samoa, tetapi juga dari belahan lain di dunia. Kami telah melihatnya sejak 2012, dan mengenal beberapa jenis virus ini, setidaknya ada tiga jenis yang berbeda,” sebutnya.

Ia menambahkan, "Jadi tak hanya satu jenis virus yang menyebar, di tingkat dunia, Ada wabah besar yang tengah terjadi di Karibia."

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement