REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri, Muhyidin Junaedi, mengatakan bahwa MUI menduga ada aktor intelektual yang berada di balik layar terkait insiden Charlie Hebdo.
Menurutnya, besarnya dukungan terhadap majalah satir tersebut membuat Charlie Hebdo terus melakukan pelecehan terhadap Nabi Muhammad SAW. "CH merasa di atas angin karena didukung oleh banyak pemimpin di dunia," ujarnya dalam sambungan telepon kepada Republika, Kamis (15/1).
Seperti diketahui, Charlie Hebdo kembali menerbitkan edisi terbarunya pada Rabu (14/1) kemarin dengan menayangkan kartun Nabi Muhammad SAW.
Kata Muhyidin, Charlie Hebdo meraup keuntungan besar dengan memanfaatkan empati sejumlah orang di dunia. Meski demikian, ia menyatakan bahwa MUI juga mengutuk sekeras-kerasnya perilaku kekerasan terhadap kantor Majalah Charlie Hebdo tersebut karena dinilai tidak tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.
Melalui dirinya, MUI menghimbau kepada masyarakat internasional untuk tidak menjadikan kasus Charlie Hebdo sebagai momentum yang dibenarkan untuk mendukung kelompok yang Nabi Muhammad SAW.
Menurutnya, rasa simpati dan empati kepada Charlie Hebdo yang telah melecehkan Nabi Muhammad SAW dirasa kurang pada tempatnya.
Ia juga mensinyalir adanya teori konspirasi dibalik insiden ini.
Muhyidin beralasan, dukungan negara-negara barat terhadap Palestina bisa menjadi salah satu kemungkinan dari segala dugaan yang ada. Dengan adanya kasus ini, lanjutnya, bisa saja negara-negara barat menarik dukungannya kepada Palestina yang tengah bermimpi meraih kemerdekaannya dari cengkraman Israel.
Menjamurnya masjid serta pertumbuhan umat Islam di Eropa, lanjutnya, bisa menjadi alasan tersendiri mengapa Islamofobia terus bergema di benua biru tersebut.
Oleh karena itu, MUI meminta kepada umat Islam di Eropa tetap berhati-hati. Ia melanjutkan bahwa MUI meminta kepada ulama, mufti dan umat Islam di barat yang jumlahnya terbesar di eropa setelah Kristen agar tetap tenang dan tidak terpancing dengan segala provokasi Charlie Hebdo.
Ia berharap umat muslim di Eropa itu terus melakukan kegiatan yang dan menunjukan bahwa mereka bukan masyarakat yang ekslusif dan berupaya keras untuk menjadi bagian dari masyarakat Eropa.
Dengan begitu, katanya, tuduhan tidak benar yang menyerang masyarakat muslim di Eropa dapat terpatahkan dengan sendirinya.Padahal, kata Muhyidin, banyak dari umat Muslim di Eropa yang memiliki andil besar bagi negara yang didiaminya.
Ia mencontohkan bagaiman Perancis yang mampu menjadi juara Piala Dunia pada 1998 berkat sejumlah pemain-pemain beragama Islam seperti legenda sepakbola dunia, Zinedine Zidane.
Ada juga, Mesut Oezil dan Sami Khedira yang bahu membahu bersama rekan-rekan senegaranya yang berbeda kepercayaan untuk merengkuh gelar Piala Dunia di Brasil pada tahun lalu yang disambut suka cita oleh seluruh penduduk Jerman, tak terkecuali kaum Ultra Nasionalis yang saat ini terus mengobarkan kebenciannya kepada umat Islam.