REPUBLIKA.CO.ID, BURLINGTON -- Serangan terhadap koran Charlie Hebdo, menurut Salman Rushdie merupakan tindakan rasis dan fitnah.
Rushdie, yang pernah divonis mati oleh fatwa dari pemimpin Iran, atas bukunya Ayat-Ayat Setan, mengemukakan pendapatnya dalam sebuah pidato di Universitas Vermont di Burlington, Amerika Serikat, dikutip dari the Telegraph, Kamis (15/1).
"Tradisi satire Prancis selalu tajam dan sangat keras, dan anda tahu.." katanya saat ditanya hadirin soal isu Charlie Hebdo.
"Hal yang benar-benar membuat saya benci adalah cara kawan-kawan kita tewas.. yang tewas menggunakan cara yang saya buat, yaitu pena dan pensil. Dan mereka mendapat fitnah dan tindakan rasis, dan saya tidak tahu apa lagi."
Pria keturunan India ini beranggapan kebebasan berbicara tidak bisa dibatasi, walaupun hal itu akan menyebabkan pelanggran hukum.
"Masing-masing John F Kennedy dan Nelson Mandela menggunakan tiga kata yang sama untuk menggambarkan itu semua, yaitu 'Kebebasan tidak dapat dipisah-pisah," kata Rushdi.
"Anda bisa mengirisnya, itu bukan kebebasan lagi. Anda bisa tidak menyukai Charlie Hebdo. Tapi fakta anda tidak menyukainya tidak ada hubungannya dengan hak mereka untuk berbicara."
Walaupun fatwa hukuman mati bagi pria yang telah bermukim di New York ini sudah dicabut tahun 1998, pengamanan kepadanya dilaporkan masih meningkat.