REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Perdamaian di Timur Tengah dan pemberantasan kelompok-kelompok ekstremis akan mustahil tercipta tanpa adanya pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat.
Hal ini diungkap Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu. Kemerdekaan Palestina yang tak kunjung terwujud membuat dia jengah melihat fokus dunia yang hanya tertuju pada perang melawan ISIS di Irak dan Suriah. Meski tidak mendukung apa yang dilakukan ISIS, ia menyatakan bahwa kebrutalan yang terjadi di Suriah disebabkan oleh kebijakan yang diambil Presiden Bashar al-Assad.
Ia menilai Assad-lah sebagai akar dari penyebab masalah yang terjadi di Suriah. Turki merupakan sebuah negara kandidat Uni Eropa dan anggota aliansi militer NATO yang menjadi sekutu utama Barat dalam memerangi kelompok ekstrimis Islam.
Namun, para pemimpinnya dikabarkan terus mengkhawatirkan atas meningkatnya Islamofobia di negara-negara barat. Kampanye anti-Muslim hingga pelecehan Nabi Muhammad SAW hanya satu diantara banyak lainnya yang terjadi di Eropa saat ini.
Stigma teroris yang kerap dilekatkan kepada Islam oleh sejumlah kalangan di Eropa dinilai sebagai suatu hal yang aneh menurutnya jika dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh Israel. Dengan lantang, Davutoglu menuding Israel-lah sebagai teroris yang sebenarnya.
"Netanyahu pembunuh, pasukannya membunuh anak-anak yang bermain di taman. Mereka membunuh warga negara kita dan warga negara Amerika di perairan internasional. Ini adalah terorisme," kata Davutoglu, mengacu pada 2.010 serangan Israel di kapal Turki yang mencoba untuk mematahkan blokade Israel Jalur Gaza Palestina.