Rabu 21 Jan 2015 10:45 WIB

Muslim Menjadi Korban Terorisme Terbanyak

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Ilham
Terorisme
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Terorisme

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Setelah serangan Charlie Hebdo, seorang imam di Paris mendatangi tempat kejadian dan mengutuk pembunuhan. Dilansir dari BBC dia mengatakan para korban telah mati syahid. "Aku berdoa untuk mereka dengan sepenuh hati," ujar Hassan Chalgoumi.

Menurut imam itu, secara global 95 persen korban terorisme merupakan seorang muslim. Ini dibuktikan dengan laporan yang dibuat oleh Pusat Penanggulangan Terorisme Nasional Amerika Serikat 2011. Badan AS itu merilis sebanyak 82 hingga 97 persen korban tindakan terorisme yang tewas selama lima tahun terakhir adalah muslim.

Laporan lain berasal dari Database Terorisme Global (GTD) di Univesritas Maryland, Amerika Serikat yang saat ini sedang menyusun statistika terorisme. Namun pihaknya tidak menggunakan variael agama bagi korban. Menurut anggota peneliti, Erin Miller, mereka sangat kesulitan menemukan agama para korban.

Miller beralasan sebagian besar data mentah berasal dari laporan berita dan jarang menyebutkan agama korban. Miller menunjukkan setengah peristiwa terorisme terjadi antara 2004-2013. Sebanyak 60 persen kematian akibat teroris terjadi di Irak, Afghanistan dan Pakistan. Semua negara ini sebagian besar populasi penduduk adalah muslim.

"Kemungkinan 95 persen korban terorisme adalah muslim memang benar, karena terorisme terjdi di negara dengan mayoritas muslim," uajr Miller.

Dalam penelitiannya, mereka mendefinisikan teroris sebagai ancaman atau penggunaan kekuatan dan kekerasan oleh pihak di luar pemerintahan untuk mencpai tujuan politik, ekonomi, agama dan sosial. Dampaknya, korban merasa takut, paksaan dan terintimidasi. Karena itu, serangan terorisme bukan saja yang terjadi pada Charlie Hebdo dan kasus lain di Barat.

Sebagian besar orang di Barat berpikir menilai kasus teroris adalah Charlie Hebdo, bom bus di London (7/1), bom kereta di Madrid dan Gedung WTC (9/11). Korban di peristiwa tersebut sebagian besar adalah non muslim. Padahal, jumlah serangan teroris mematikan di Prancis, Inggris, Spanyol dn Amerika Srikat masih sangat rendah menurut Internasional.

Inggrir mengalami 400 serangan teroris terutama di Irlandia utara. Seluruh serangan tersebut tidak mematikan. Di Amerika Serikat terjadi 131 serangan tetapi hanya 20 serangan yang menewaskan korban. Sedangkan Prancis terjadi 47 serangan.

Serangan teroris terparah terjadi di Irak dengan 12 ribu serangan dan 8.000 diantaranya menyebabkan kematian. Miller mengatakan, pihaknya akan fokus pada agama yang dianut korban, meski data itu sangat sulit didapatkan.

"Banyak orang yang mencoba menggunakan insiden ini seperti permainan sepak bola. Mereka mencoba untuk mencari tahu kelompok agama mana yang lebih keras daripada yang lain," ujar Miller.

Menuding kelompok tertentu, kata Miller, merupakan sebuah kesalahan. Sebab, sebagian besar serangan teroris berdasarkan geopolitik, bukan agama. Agama memang bagian dari mereka tetapi ini bukan satu-satunya alasan mereka berbuat kekerasan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement