Kamis 22 Jan 2015 11:10 WIB

Poroshenko: 9.000 Tentara Rusia Ada di Ukraina

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Yudha Manggala P Putra
Tentara Rusia di perbatasan Georgia, Tskhinvali.
Foto: EPA
Tentara Rusia di perbatasan Georgia, Tskhinvali.

REPUBLIKA.CO.ID, DAVOS -- Presiden Ukraina Petro Poroshenko menuding Rusia mengirim 9.000 tentara untuk membantu kelompok separatis di Ukraina timur, Rabu (21/1).

Rusia menantang Poroshenko untuk membuktikan tuduhannya. Namun, Poroshenko mendapat dukungan dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang mengatakan jumlah perlengkapan berat militer yang digunakan tentara Rusia di Ukraina timur meningkat. NATO mengulangi desakannya agar semua pasukan menarik diri.

Berbicara dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, Switzerland, Poroshenko mengatakan militer Rusia terlibat langsung dalam konflik yang telah menewaskan lebih dari 4.800 orang sejak April tahun lalu. Tentara Rusia dibantu dengan berbagai jenis senjata berat, termasuk tank, senjata berat dan kendaraan tempur.

"Jika ini bukan agresi, apa agresi itu?" ujar Poroshenko, Rabu (22/1).

Poroshenko juga meminta Rusia mematuhi rencana perdamaian yang telah disepakati di Minsk, Belarusia September lalu. Dalam perjanjian itu Ukraina, Rusia dan separatis proRusia setuju mengakhiri konflik.

"Solusinya sangat mudah. Berhenti memasok senjata, tarik pasukan dan tutup perbatasan. Jika kalian ingin membicarakan hal lain, itu berarti kalian tidak mencari perdamaian, tetapi perang," kata Poroshenko.

Perjanjian Minsk menyepakati gencatan senjata dan penarikan tentara asing dan perlengkapan militer dari Ukraina. Namun, gencatan senjata itu rapuh sejak semula. Ratusan orang tewas dalam bentrokan yang menurut Ukraina melibatkan tentara Rusia.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mencoba menangkis tuduhan Poroshenko. Dia berharap pembicaraan mengenai konflik bisa menuai kemajuan meski bentrokan baru terjadi.

"Jika anda menuduh dengan penuh percaya diri, berikan faktanya. Namun, tidak ada yang bisa memberi bukti atau karena tidak ingin," kata Lavrov dalam konferensi pers sebelum menuju ke Berlin untuk pembicaraan damai dengan menteri luar negeri Jerman, Ukraina dan Prancis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement