Jumat 23 Jan 2015 00:35 WIB

WHO Sebut Wabah Ebola Mulai Surut tapi Perlu Pemantauan

Ebola
Foto: Reuters
Ebola

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Wabah Ebola di Afrika Barat mulai surut dengan kurang dari 150 penderita demam pada pekan lalu, namun upaya mengendalikan penyakit mematikan ini harus diteruskan, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kamis (22/1).

Sierra Leone masih menjadi negara paling parah terkena wabah itu dengan 117 dari 145 penderita baru positif Ebola. Pada pekan sebelumnya tercatat 184 penderita baru dan dua pekan sebelumnya tercatat 248 penderita baru, kata WHO dalam laporan terbarunya.

"Kemunculan kasus terus berkurang di Guinea, Liberia dan Sierra Leone," kata badan PBB tersebut, dan menambahkan bahwa pemantauan penyakit telah ditingkatkan di distrik-distrik perbatasan Guinea-Bissau, Pantai Gading, Mali dan Senegal.

Setiap 10 hari jumlah kasus baru di Guinea berkurang setengahnya --dimana pada tanggal 20 lalu tercatat angka terendah sejak awal Agustus, kata WHO.

Di Liberia dimana kasus positif Ebola pekan lalu turun menjadi 8, dari 300 lebih kasus saat puncak epidemi pada Agustus dan September, dibutuhkan waktu dua minggu untuk menurunkan angka kasus hingga separuhnya, dan di Sierra Leone dibutuhkan sekitar 20 hari.

Secara keseluruhan, terdapat 21.724 kasus Ebola yang dilaporkan di sembilan negara pada 2014 sejak epidemi tersebut mulai merebak di Guinea, termasuk 8.641 kematian, kata WHO.

Virus tersebut berhasil dibasmi di Mali, Nigeria dan Senegal, dan tidak ada lagi kasus penularan pada pekerja kesehatan asing yang kembali ke Inggris, Spanyol, ataupun ke Amerika Serikat, meskipun seorang perawat Inggris masih dalam proses penyembuhan di rumah sakit di London.

Saat ini, 828 pekerja kesehatan telah terinfeksi di tiga negara yang terkena wabah paling parah, termasuk 499 kasus yang meninggal, katanya.

Badan-badan PBB membutuhkan dana 1 miliar dolar AS untuk melawan epidemi Ebola yang mematikan ini sementara para pakar bergerak ke fase baru yang melibatkan operasi pendeteksian masif untuk melacak kasus-kasus yang tersisa, kata kepala bidang Ebola PBB, David Nabarro, Rabu.

"Kejadian-kejadian penolakan masyarakat untuk melakukan pengebumian yang aman dan pelacakan kontak terus dilaporkan di ketiga negara itu, meski paling banyak di Guinea," kata WHO.

Komite Darurat Ebola WHO mengatakan, Rabu, bahwa penumpang pesawat masih harus dipantau saat meninggalkan Guinea, Liberia dan Sierra Leone, baik suhu tubuh maupun gejala-gejala infeksi lainnya.

Para pakar independen mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "lebih dari 40 negara telah melaksanakan langkah tambahan, seperti karantina bagi pelancong yang baru kembali dan penolakan masuk. Langkah-langkah itu menghambat rekrutmen dan kepulangan para responder internasional.

"Langkah-langkah itu juga memiliki efek merugikan pada penduduk lokal dengan meningkatkan stigma dan isolasi, dan dengan mengganggu mata pencaharian serta perekonomian," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement