REPUBLIKA.CO.ID, YOBE -- Boko Haram membebaskan setidaknya 190 tawanan mereka di negara bagian Yobe, pada Jumat hingga Sabtu (23-24/1). Tahanan dibebaskan setelah menolak mengikuti ajaran kelompok tersebut.
Juru bicara gubernur negara bagian Yobe, Abdullahi Bego mengatakan militan membebaskan pemuda, perempuan, dan anak-anak yang diculik pada 6 Januari. Sebanyak 20 orang lain masih ditahan.
Beberapa wanita yang dibebaskan mengatakan, militan membiarkan mereka bebas setelah menolak mengikuti ajaran kelompok Boko Haram. "Mereka mengatakan, karena kalian menolak menerima ajaran agama kami, pergilah dan ikuti kekhafiran kalian, dengan ini kami meminta kalian pergi," cerita salah satu korban.
Pembebasan tahanan itu terjadi di tengah rencana Nigeria menggelar pemilihan umum. Rencananya pemilu akan digelar pada 14 Februari mendatang. Dalam pemilihan ini, Presiden Goodluck Jonathan akan bertemu lawan politiknya Mohammadu Buhari.
Menurut Undang-undang pemilu Nigeria, pemenang harus meraih 50 persen suara dan 25 persen suara dari total dua pertiga jumlah warga negara. Jika tak memenuhi kuota, pemilu putaran dua akan digelar pada 28 Februari 2014. Apabila masih belum mencapai kuota minimal, maka pemilu putaran ketiga akan digelar sepekan kemudian.
Sementara itu, serangan kelompok Boko Haram masih terus berlangsung. Pekan lalu, kelompok tersebut mengaku bertanggung jawab atas pembantaian ratusan orang di kota Baga, tepi Danau Chad, Nigeria. Pada April 2014, Boko Haram menculik 270 anak sekolah di kota Chibok. Insiden ini mendorong kecaman internasional dan kampanye yang menyerukan "Bawa Kembali Gadis Kami". Saat itu kebanyakan korban penculikan merupakan anak-anak.
Kelompok analisis Naval mengatakan, militan Boko Haram selama ini melakukan pemberontakan didorong oleh pemerintahan yang buruk di Nigeria. "Konflik didorong oleh banyaknya pemuda pengangguran yang berpotensi ikut bergabung dengan Boko Haram, populasi terasing di wilayah utara dan vakumnya pemerintahan," kata kelompok peneliti tersebut.
Pada Desember, Nigeria membatalkan tahap akhir rencana pelatihan tentara Nigeria oleh pasukan Amerika Serikat. Ini mencerminkan ketegangan hubungan antar kedua pemerintahan.
Namun rencananya Menteri Luar Negeri AS John Kerry akan melakukan lawatan ke Lagos, Nigeria, pada Ahad (25/1). Para pejabat Departemen Luar Negeri mengatakan, Kerry akan mengadakan pembicaraan terpisah dengan Presiden Jonathan dan lawannya, Buharim.
Kerry meminta kedua calon untuk menginstruksikan para pendukung masing-masing agar menerima hasil pemilu 14 Februari mendatang. Sengketa kemenangan Jonathan 2011 silam, telah memicu kerusuhan di wilayah utara yang menewaskan 800 orang. Masalah Boko Haram juga rencananya akan menjadi salah satu topik penting dalam kunjungan Kerry.